Rabu, 27 Mei 2015

Ramadhan Ku Marhaban Ya Ramadhan.

Menjelang ramadhan tahun ini, seperti biasanya masih banyak kesibukan yang seakan tidak ada hentinya harus dikerjakan. Begitulah guru. Dimulai dengan persiapan pembagian rapot, menilai anak-anak yang akan  menjadi harapan masa depan.


Ya rutinitas sebagai guru untuk sebagian orang mungkin dianggap sepele. Ada yang mengatakan guru hanya sebagai pelengkap saja lebih banyak liburnya dari pada bekerjanya. Tapi profesi ini selalu membuatku merasa nyaman. Entah panggilan jiwa atau memang ditakdirkan untuk diriku menjadi guru. Yang pasti profesi ini sangat membuatku merasa bangga ya sangat bangga.

Menjadi guru memang tidak mudah begitu banyak masalah kehidupan yang harus dijalani sebagai manusia kita sudah mempunyai masalah sendiri seperti janji kita kepada pencipta. Bahwa manusia lahir dengan segala permasalahaannya. Sementara sebagai guru kita harus mampu memecahkan masalah orang lain (anak didik kita, misalnya) dengan cara pembinaan sehingga menjadi orang yang kelak bisa menghadapai masa depannya dengan kemampuan dan keahliannya. Itulah yang akan kita bina dan pupuk selama dia menjadi anak didik kita.

Jadi teringat dengan 4 (empat) kompetisi yang harus dimiliki seorang guru. Salah satu kompetisi yang mungkin sering lalai melakukannya adalah profesionalitas. Jadi teringat kejadian tadi pagi di sekolah. Seharusnya sebagai guru yang profesional seharusnya saya tidak boleh menolak permintaan guru lain untuk membina anak didik yang sudah dipercayakan kepada saya. Ya, Tahun ini saya dipercayakan untuk menjadi wali kelas.

Rasanya sudah cukup memberikan pembinaan sebagai wali kelas dari program wali kelas yang disusun selama triwulan sampai dengan program satu tahun, hingga kadang - kadang jadwal pembinaan yang diluar program yang telah dibuatpun sering dilakukan. Ketidak hadiran guru dan waktu kosong ku tidak mengajar dimanfaatkan untuk pembinaan anak didik yang dipercayakan kepada saya. Hampir dipenghujung semester genap masih dirasakan kurang. Sehingga permintaan teman guru menjadi permintaan yang pada awal pemikiran adalah hal menjengkelkan. Tetapi setelah dipikirkan dengan matang ternyata ada satu kompetensi guru yang seharusnya siap saya jalani kadang - kadang lalai dilaksanakan. Ya, profesionalitas itu sangat penting untuk disadari dan dilaksanakan.

Menjadi guru bukan hanya tuntutan menjalani kehidupan saja, seperti kata orang-orang yang penting datang mengajar ala kadarnya kemudian tunggu tunjangan. Itu sangat tidak berarti, betapa meruginya sebagai seorang guru jika kita mempraktekkannya seperti itu. Sampai kapanpun selagi kita menjadi pendidik, ingatlah bahwa profesionalitas harus dilaksanakan walau berat, cobalah untuk mempraktekkannya. Seperti kata pepatah alah bisa karena biasa, cobalah untuk melakukannya walau berat pada awalnya pasti ringan akhirnya.

Seperti Ramadan yang datang setiap tahunnya, berat pada permulaannya tapi nikmat dan ketagihan untuk melaksanakannya hingga kadang berat untuk menghentikannya. Begitulah hendaknya profesionalitas kita laksanakan. Tidak ada kata penat, bosan, lelah, atau apalah untuk melaksanakannya. Kalau kita sebagai guru saja sudah menyerah siapa lagi yang amannya menjadi pelopor untuk kemajuan dunia pendidikan. Sebagai guru profesional, kita dituntut mampu bekerja dan mengerjaka berbagai hal berkaitan dengan profesi kita itu.

Akhirnya, melalui catatan ini disampaikan, maafkan kekhilafan wahai teman, untung ada kesadaran seperti datangnya Ramadan. Ini hanya sebagai pembuka mata jadikan renungan untuk kita semua guru khususnya diri saya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Cerita Pendek Mengisi Ramadhan

Tahun sebelumnya setiap hari memposting tulisan tentang mengisi hari di bulan ramadhan dengan hal - hal dilakukan mulai dari subuh hingga ke...