Pagi sampai sore mengajar di sekolah, setelah bada’ magrib menjadi tentor di Primagama salah satu organisasi yang mendukung pendidikan kala itu tidak lepas dari menjadi honor di SMA Negeri 2 Karimun.
Jadi teringat dengan mereka
senior pada tahun 1998, hanya sedikit guru laki – laki, Pak Drs Irdas yang
selalu tegas, Drs. HZ. Dadang AG, Drs. Alta Petra, Drs Sugiarto, Drs.
Khairulullah, Drs. Hurnaini, Drs Tahar, Drs. Maswir, Drs. Tasaruddin, Usman,
S.Si,
Sementara untuk guru perempuan tersenior sejak SMA Negeri 2 Karimun berdiri ada Ibu Dra. Zaita, Dra. Farida Yuniar, Dra. Robiyaton, Asmiwati, B.A, Basaku Br. Ginting, Dra. Eslinda, Lasriani Simanjuntak, Resak, S. Pd, Dra. Ceindra Artaty, Elfina, Dra. Regina Syari, Roesmerida, Yamsasni, S. Pd, Tuti Sundari, S. Pd.
Banyak cerita ketika menjadi
seorang pendidik, tidak berani menyebut diri guru karena banyak hal yang perlu
dipelajar lagi hanya bisa mengatakan pendidik yang terus belajar untuk menjadi
guru.
Alhamdulillah, berjalannya waktu
semakin dipercaya oleh pihak sekolah.
Zaman – zamannya Ujian Negara
alias UN rezeki terus bertambah dikelilingi guru senior yang Pegawai Negeri
masih dipercayakan untuk masuk TIM untuk membimbing peserta didik untuk
menghadapi UN.
Rezeki selalu ada untuk yang
rajin berusaha, mulai dari tahun 2001 juga dipercaya untuk menulis ijazah yang
kala itu juga ada dananya.
Belajar terus belajar, ada yang
datang dan ada yang pergi begitu juga dengan Kepala Sekolah tahun 2002 berganti
Kepala sekolah.
Drs. M. Raysid Nur adalah kepala
sekolah ke tiga setelah Drs. Rasdianto Rauf dan Drs. Yatim Mustapa.
Sebelumnya pada Kepemimpinan
Bapak Drs. Yatim dengan nasehat beliau serta kesempatan yang disedikan oleh
Pemerintah daerah dengan berdirinya Sekolah Kejuruan yang tidak mempunyai guru
dari keguruan, maka guru – guru yang bukan dari keguruan diminta untuk mengambil
Akta IV termasuklah saya yang mendapatkan rezeki mendapatkan sim untuk mengajar
berupa Akta IV.
Terus belajar dan belajar dari
yang senior, dari formasi guru Ekonomi 1 orang setelah Pak Tahar bermutasi ke
dinas pendidikkan, menyiapkan saya
sebagai pengantinya sampailah jumlah guru ekonomi melebihi kuota.
Tunjukkan kemampuan dalam usaha,
saya tidak pernah kekurangan jam mengajar.(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar