Selasa, 23 November 2021

Monolog Cinta Mengenang Satu Dasawarsa



Tak ada rasa menyesal, walau setelah banyak badai yang kita lalui bersama. Kadang ada rasa ingin meninggalkanmu, ketika sesak mendera bagai badai yang datang menerjang. Semua akan berubah seketika ketika kau memberikanku perhatian kecil yang menurut orang lain tidak berarti sama sekali.

“sah” kata itu mengikatku serta  membuatku harus pasrah akan takdirku.

Menjadi istri serta pendampingmu dalam suka dan duka, bukanlah hal yang mudah. Pautan umur yang membuatku harus tertatih dan merangkak mengisi hidupmu. Tapi karena ada ikatan suci yang sudah membelengguku aku harus menjaganya dan memupukkan biar tidak busuk oleh racun hidup dunia yang membuat kita berpisah.

Pandanganku melebar, semua ini bagaikan cermin mengingat masa lalu kita. Aku tidak muda lagi ketika datang rombonganmu meminang setelah dua minggu kedekatan kita, Kau mengatakan akan menikahiku. Buat semua yang mengenalmu, mungkin aku beruntung dipinang oleh lelaki yang mempunyai pangkat dan kedudukan dimasyarakat, tapi apakah mereka tahu, aku masih gadis kecil yang sudah berumur, menginginkan cinta dalam perjalanan hidupku. Aku ingin di manja dan menjadi pujuan hati olehmu. Tapi aku harus pasrah jika aku memilihmu, aku bukan satu – satunya yang menjadi pujaan hatimu saat itu. aku harus berbagi dengan buah hasil pernikahanmu yang terdahulu. Entah karena apa aku memilihmu, entah karena umur yang memaksaku atau karena mungkin ini takdir yang diperuntuk buatku oleh-Nya.

Waktu berjalan, semua dalam suka dan duka. Ada kalanya aku merasa lelah untuk menjauh darimu tapi ada semacam tali kasat mata yang memintaku tetap bertahn, cibiran serta kata yang memuakkan ada disekitarku tapi kau mengingatkanku bahwa hidup tidak akan lepas dari cobaan yang menguatkan suatu hubungan.

Adakah kau tahu, sesekali aku butuh perhatianmu melebihi perhatian yang telah kau berikan. Sikap angkuhku kadang membuatku merasa aku dinomor duakan, tapi sekali lagi aku selalu mengerti aku, dengan sikap dewasamu aku membimbingku dalam langkah yang mungkin tidak pernah terpikirkan olehku dulu.

Sekali lagi hari ini, kau mengatakan padaku. Jangankan mengingat hari pernikahan kita, hari lahirnya saja dia lupa. Tapi itulah dirinya, sosok lelaki yang sudah aku pasrahkan dalam menjalani suka duka, semoga bertambahnya usia pernikahan kita membuat aku menjadi insane yang lebih mensyukuri semuanya. Tapi sekali lagi, bombing aku, setelah cinta pertamaku, Ayahnda tercinta tidak lagi menemaniku karena harus menghadap sang pencipta.

Selamat buat kita berdua suamiku, semoga janah kita bersama tidak ada kata tergantikan dirimu buat diriku, suamiku.(AZ)

 

Karimun, 141121

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Gapai Cita dalam (Duka) Cinta

  Adik Abah yang dulu tinggal bersama kami sudah lebih sepuluh tahun merantau sejak menamatkan sekolah menegah atas hari ini duduk di ruang ...