Kamis, 11 Juli 2024

CATATAN NYAKBAYE TENTANG SMA NEGERI 2 KARIMUN (1)

 

Menginjakkan kaki di SMA Negeri 2 Karimun tepatnya pada tanggal 18 Juli 2008, berdasarkan surat pengajuan diri untuk menjadi tenaga honorer sekolah.

Kala itu Bapak Drs. Rasdianto Rauf yang menjadi Kepala Sekolahnya, sosok yang mungkin diingat adalah beliau menerima saya dengan sifat kebapakannya.

Hanya beberapa bulan di bawah kepemimpinanya dan berlanjut dengan Bapak Drs. M. Yatim Mustapa.

Bukan tanpa sebab seorang anak bangsa dengan gelar Sarjana Ekonomi (SE) yang disandang sampai terdampar di dunia pendidikan.

Setelah melewati masa mahasiswa dengan segala wejangannya bahawa mahasiswa jika sudah mendapatkan gelarnya harus bisa menyediakan lapangan pekerjaan untuk dirinya sendiri itulah membuat saya berani mengambil keputusan untuk merambah dunia pendidikan daripada menjadi pengangguran tentunya.

Setelah pulang dari menuntut ilmu di kota pelajar atawa Yogyakarta membuka mata bahwa seorang sarjana harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan.

Jurusan yang diambil belum tentu menyediakan lapangan pekerjaan yang diinginkan.

Pekerjaan adalah pilihan yang harus kita ambil untuk menjalani keseharian sebagai tuntutan mahluk hidup.

Bukan berarti jeda waktu setelah lulus kuliah menjadi pengangguran.

Sebelum melamar menjadi tenaga honorer untuk mengabdi di SMA Negeri 2 Karimun, pernah bekerja pada beberapa instansi swasta yang pendapatanya lebih besar dari menjadi tenaga pengajar dengan gaji yang pada waktu itu hanya dibawah seratus ribu rupiah.

Bukan nominal pendapatan yang menjadi patokan bahwa pekerjaan itu memberikan kenyaman dalam menjalaninya.

Dan hal yang paling penting, dunia pendidikan sudah di garis kan menjadi ladang rezeki oleh Sang Pemberi Rezeki tentunya.

Banyak hal yang membuat dunia pendidikan menjadi prioritas mengali rezeki kala itu.

Salah satu alasan bekerja dengan mahluk hidup lebih menyenangkan daripada benda mati seperti komputer beserta kawananya.

Pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan bagaimana pertama kali menginjakkan kaki sebagai pendidik adalah hal yang menerbitkan senyum ketika mengingatnya.

Bapak Drs. M. Tahar bagaikan tentor pertama untuk menjadi seorang guru pada waktu itu.

Dengan serangan putih hitam layaknya mahasiswa PKL di sekolah untuk menguji apakah siap menjadi seorang pendidik saja.

Memperhatikan beliau Bapak Drs. M. Tahar mengajar beberapa kali sebelum berdiri di depan kelas mengantikan jam mengajar beliau yang padat.

Jam ekonomi yang banyak membuat beliau mencari guru ekonomi yang bisa membantu beliau mengajar.

Informasi ini disampaikan kepada seluruh siswa yang belajar dengannya, untuk mencari guru yang akan membantu beliau.

Berdasarkan informasi tadi yang disampaikan oleh adik saya yang bersekolah di SMA Negeri 2 itulah saya melayangkan surat lamaran.

Tentu ada pertanyaan yang timbul, kenapa lulusan Sarjana Ekonomi diterima di dunia pendidikan, yang bisa menjawab tentu instansi yang bersangkutan.

Bagi seorang sarjana, membuka lapangan pekerjaan untuk dirinya sendiri lebih penting walaupun banyak pertanyaan yang menyayangkan dan ada yang mengatakan jauh – jauh sekolah di Yogya pulang hanya jadi guru waktu itu, biarlah yang penting memanfaatkan kesempatan saat itu dan benar sekarang terasa bahwa ada cerita yang menarik dari keputusan menjadi pendidik. (Bersambung)

11.07.2024 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Sampah, Takut Tidaklah Ya

Tahun Baru dengan semangat baru, Tema P5 boleh sama tapi dengan peserta didik yang berbeda. Menerapkan dan mendidik terus berlanjut, dengan ...