Selasa, 01 Maret 2022

Luka Lama Bersemi Kembali

 

Malam terus berjalan, sudah pukul sepuluh malam tapi netraku tak mau terpejam lelah aku menghitung domba putih yang melintasi pagar agar kantukku datang. Aku memandang langit – langit kamar, aku beranjak dari tempat tidur, menuju jendela kamar. Membukanya dan memandang ke arah langit, menatap begitu banyak bintang yang menamani bulan mala mini. Lihatlah begitu terang bulan malam ini, tak ada awan hitam yang mengelilinginya, helaan napas berat keluar dari mulutku.

 

Tawaku tak lagi renyah, ada dusta yang terpaksa aku tampakkan dipermukaan. Beberapa hari ini aku terpaksa berbohong pada semua orang, aku melihat wajah ceria semua anggota keluarga bahagia. Ya mereka bahagia, besok pagi akan ada pesta pernikahan dirumah tua milik kedua orangtuaku, jelas aku melihat adikku tersipu malu diolok – olok semua yang hadir saat ini, besok dirinya akan menikah dengan pilihan keluarga lebih tepatnya pilihan orang tuak untuk dirinya.

 

Bunyi kompang mengema, suara riuh rendah terdengar sejak dari pagi, arakan pengantin sudah datang. Semua orang berkumpul di ruang yang telah disedikan. Juru pantun pengantin sudah berbalas pantun, seserahan sudah pula diserahkan. Netraku memamas, ketika gema suara Sah keluar dari mulut – mulut yang hadir. Luka itu kembali hadir, ketika mengenang aku masih sendiri ketika melihat kekasih hati duduk bersanding dengan adikku saat ini.***

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Gapai Cita dalam (Duka) Cinta

  Adik Abah yang dulu tinggal bersama kami sudah lebih sepuluh tahun merantau sejak menamatkan sekolah menegah atas hari ini duduk di ruang ...