Sabtu, 25 Mei 2024

AKU, MIMPI, DAN AMBISI

 
Bel tanda waktu istirahat berbunyi, tapi kesepakatan bersama kami melewati waktu istirahat karena jam pelajaran ekonomi terpotong waktu istirahat.

Walaupun perut sudah menjerit minta diisi tapi kami merasa untuk uji kompetensi jika terjeda waktu istirahat pasti ada yang curang.

Keningku berkerut, soal nomor lima belum juga aku terpikirkan jawabanya.

Dudukku makin gelisah ketika melihat jam dinding terus berjalan, belum lagi teman di belakangku sedari tadi menganggu kosentrasikan untuk menjawab soal.

Sejak ulangan dimulai, teman belakagnya sudah meminta jawaban.

Kamis, 23 Mei 2024

TAARUF MU

 


 “Hore kia lulus.” Koor terdengar ketika kami melihat pengumuman kelulusan.

“Intan pasti mendapatkan nilai tertinggi.” Ucap salah satu temanku kala itu.

“Ah, bukan pasti Pras yang unggul.” Ucapku malu sambil memandang teman kelasku yang bermana Pras.

Prastio Pamungkas, pindahan dari Yogya awal tahun pelajaran dengan segudang prestasi.

Sejak kami satu kelas aku, Bulan Intan Nuraini selalu menjadi nomor dua.

Perasaanku nano – nano terhadap Pras, ada rasa tersaingi, ada raga kagum.

Minggu, 19 Mei 2024

BUNGA

 


Menatap nanar Bu Cahaya yang komat kamit di depan kelas.

Pikiranku bercabang, siapa yang akan Mak minta tolong jika sakit menyerangya.

Abah sudah sepekan berangkat ke Negara jiran untuk mengkais rezeki.

Negera sendiri seperti tidak memberikan celah untuk Abah meminta sedikit uang untuk sekadar mengisi tabung tengah keluarga kami.

“Bunga, apa ada yang aneh dengan pertanyaan saya.” Deg jantungku seakan berhenti mendengar suara Bu Cahaya yang mengelegar memenuhi ruang kelas.

Jumat, 10 Mei 2024

Pantun Sendiri


 Lama tak mengasah ilmu pantu, semoga berkenan untuk membacanya

I.

Dilarang keluar waktu magrib

Saat magrib tidak boleh berdendang

Duduk termenung meratap nasib

Sampai ke tua tak ada yang sayang

Kamis, 09 Mei 2024

Gapai Cita dalam (Duka) Cinta

 

Adik Abah yang dulu tinggal bersama kami sudah lebih sepuluh tahun merantau sejak menamatkan sekolah menegah atas hari ini duduk di ruang tamu kami.

“Pak Ucu ingin menengok Mak Intan.” Ucap Pak Ucu berdiri dan melangkah menuju kamar Abah Mak.

Aku mengekori Pak Ucu macam anak ayam dan berhenti disamping Pak Ucu yang sudah berselimpuh di kasur kamar Mak.

Rumah kami tidak mempunyai dipan, hanya kasur yang digelar dilantai beralaskan tikar nipah.

Postingan Terbaru

Sampah, Takut Tidaklah Ya

Tahun Baru dengan semangat baru, Tema P5 boleh sama tapi dengan peserta didik yang berbeda. Menerapkan dan mendidik terus berlanjut, dengan ...