Bel panjang berbunyi, aku bergegas melangkah menuju parkiran terlambat sedikit saja pasti banyak ruginya.
"Assalamualaikum." Gema suara terdengar
"Walaikumsalam." Suara Mak menjawab salamku
"Mak sudah makan." Tanyaku lembut
"Ganti dulu baju, Tan." Suara lemah Mak terdengar
aku menganggukkan kepala, memberikan senyum terindah untuk mak.
langkahku laju menuju kamar, bergegas menganti baju rumah tidak lupa mengantung seragam putih abu supaya besok dapat dipakai lagi.
melaju menuju dapur, mengambil nasi dari magiccom serta kawananya lauk telur ceplok dan sayur bening togue yang dicampur potongan kecil tahu.
lauk serta sayur yang sempat aku masak sebelum berangkat sekolah tadi pagi.
Mak sudah sepekan terbaring sakit, sementara Abah yang berkerja di seberang Malaysia belum mengirimkan uang.
Mak hanya memakan obat herbal untuk mengurangi rasa sakit yang dideritanya.
melangkah cepat menuju kamar Mak, pasti perut Mak lapar sekali batinku.
"Assalamualaikum." Gema suara terdengar
"Walaikumsalam." Suara Mak menjawab salamku
"Mak sudah makan." Tanyaku lembut
"Ganti dulu baju, Tan." Suara lemah Mak terdengar
aku menganggukkan kepala, memberikan senyum terindah untuk mak.
langkahku laju menuju kamar, bergegas menganti baju rumah tidak lupa mengantung seragam putih abu supaya besok dapat dipakai lagi.
melaju menuju dapur, mengambil nasi dari magiccom serta kawananya lauk telur ceplok dan sayur bening togue yang dicampur potongan kecil tahu.
lauk serta sayur yang sempat aku masak sebelum berangkat sekolah tadi pagi.
Mak sudah sepekan terbaring sakit, sementara Abah yang berkerja di seberang Malaysia belum mengirimkan uang.
Mak hanya memakan obat herbal untuk mengurangi rasa sakit yang dideritanya.
melangkah cepat menuju kamar Mak, pasti perut Mak lapar sekali batinku.
aku menepuk jidatku, hanya Mak yang ada dalam pikiranku sampai lupa untuk menjemput adik semata wayangku di tetap Nenek.
aku tetap melangkah menuju kamar Mak, Mak lebih membutuhkan perhatian penuh setelah menyuap makan Mak, baru aku akan menjemput adikku.
***
ketukkan di pintu membuatku mengalihkan pandangan dari parutan kunyit yang tengah aku lakukan.
siapa yang bertandang menjelang magrib, batinku.
meletakkan peralatan yang sedang aku pegang, berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tangan sebelum menuju pintu depan.
"Walaikumsalam." ucapku setelah sampai di depan pintu depan.
menekan panel pintu, wajah asing terlihat.
"Bapak mencari siapa?" spontan aku bertanya.
"Intan tidak ingat dengan Pak Ucu." Ucapan orang yang berdiri didepanku
"Mak Intan mana?" terdengar lagi suaranya
"Pak Ucu tidak boleh masuk rumah?"
aku masih berdiri ditengah pintu mencoba mengingat sosok yang berdiri tegap di depanku.
"Pak Ucu." Senyumku terbit
"Masuk Pak Ucu." Bergegas aku mengulurkan tangan untuk memciumnya
"Masih sama." Terdengar ucapan Pak Ucu
"Mana Abah Mak." terdengar suara Pak Ucu setelah duduk di ruang tamu.
"Abah merantau, Mak sudah sepekan sakit Pak Ucu." jelasku
"Dah dibawa berobat." ucap Pak Ucu lagi
"Abah belum kirim duit Pak Ucu." Ucapku pelan
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar