Minggu, 18 Oktober 2020

Catatan Sabtu

 


Sejak diberlakunya pembelajaran jarak jauh (PJJ) sabtu kami yang notabene berstatus guru libur datang kesekolah. Libur datang ke sekolah ya, bukan tidak bekerja. Hari sabtu biasanya ada saja Webinar tentang pembelajaran jarak jauh yang bisa di ikuti. Baik webinar yang ada jam pelaksanaannya atau hanya yang beberapa jam saja. 

Tentunya hal ini banyak dimanfaatkan oleh kawan - kawan guru untuk menambah ilmu tentunya. Bukan sertifikatnya yang akan dicari tetapi ilmunya. Setuju kawan - kawan guru dengan pendapat saya., sebenarnya hari ini sabtu, 17 Oktober 2020 juga ada webinar tapi untuk sabtu ini saya tidak mengikutinya karena ada jadwal untuk mengantar ayanda tercinta untuk cek ksehatan.  

Setelah operasi usus buntu 1,5 bulan yang lalu, ayahnda harus terasi ginjal menurut dokter penyakit dalam. Setiap satu minggu sekali ayahnda harus cek, tapi entah karena apa dokter yang seharusnya mengecek ayahnda tidak berada ditempat, informasi ini kami terima dari adek saya yang bungsu. Si bungsu datang terlebih dahulu ke rumah sakit untuk mengambil nomer antrian berobat ayah. Lokasi rumah sakit lumayan jauh, jika ayahnda harus pergi pagi - pagi kerumah sakit alangkah kasihannya.

Akhirnya sabtu kemaren karena tidak jadi kerumah sakit dan sudah terlanjut dirumah ayah, kami hanya ngobrol saja. Ayah bertanya mengapa terlihat seperi kecapean, saya hanya mengatakan sebenarnya 2 minggu lalu kami para wali kelas seharusnya sudah mengrip nilai PTS tapi dikarena menunggu hasil SWAB banyak guru yang belum mengumpulkan nilai. akhirnya pada senin sampai jumat kami para wali kelas harus kerja lembur untuk mengedit dan memasukkan nilai siswa ke dalam rapot. Rencanayan minggu depan kami akan memanggil orang tua untuk pembagian rapot guna berkomukinikasi tentang proses belajar mereka di rumah.

Banyak hal yang kami bicarakan, mungkin karena sudah hampir 1 bulan tidak main kerumah Ayah berbincang dengan saya, anak tertuanya banyak sedikit membuat hatinya bahagia. Apalagi setelah hasil SWAB saya keluar baru adik saya memberitahukan kepada orang tua kami bahwa saya tidak datang kerumah karena di isolasi setelah di SWAB.

Sore setelah azar, suami mengajak saya untuk jalan santai bagi menjaga kesehatan. sambil berjalan santai kami melihat beberapa orang sedang memainkan layang - layang yang sudah beberapa pekan ini menjadi permainan yang digemari oleh masyarakat Karimun. Layang - layang yang dimainkan adalah layang - layang WAW ( layang - layang dalam ukuran raksasa).

Melewati pasar, saya dan suami melihat orang yang berjualan pisang kepok istilah orang kampung kami. Yang namanya emak - emak tentu saja saya tertarik untuk membelinya, hitung - hitung untuk cemilah di malam minggu bersama keluarga anak dan cucu. 1 sisir pisang dengan berat 3,7 kg akhirnya saya bawa pulang setelah hampir 2 km kami berjalan.

Sesampainya dirumah sambil mengeringkan keringat saya membuat tepung untuk mengoreng pisang. sambil bergantian dengan suami saya yang mandi duluan akhirnya azan pun terdegar. Suami saya pergi ke Masjid sedangkan saya sholat magrib di rumah. Setelah magrib anak dan cucu saya yang kebetulan rumahnya hanya berseberang jalan raya dengan rumah saya main keruman. Jadilah pisang goreng menjadi teman malam minggu saya sambil membaca satu grup menulis yang saya ikuti. 

Catatan ini untuk mengingatkan saya bahwa apapun yang terjadi keluarga adalah harta yang paling berharga yang harus disyukuri walaupun di dalamnya tidak sempurna seperti yang kita idam - idamkan. (AZ) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Terkurung dalam Kelam

 Titik cahayaku t'lah hilang Kemanapun aku mencari tak kutemukan Aku sesak dalam gelapnya sekitar Semakin sesak semakin gelap kelam yang...