Sabtu, 10 April 2021

Terjebak

 

Hatiku lelah, bahkan bukan hanya hatiku semua elemen dibadanku merasakannya, sudah sepekan aku pusing memikirkan bagai mana mencari uang untuk menambah pengeluaran dapur. Tiba – tiba sibungsu berkata  gawainya rusak. Rusak, bagaimana tidak rusak. Barang seken yang harus dipakai mereka bergantian untuk mengumpulkan tugas.

Menghela napas berat, entah untuk yang keberapa aku sudah lupa. Teriakkanku hanya sampai dikerongkongan saja, suaraku tidak sempat keluar terlalu sesak rasanya.

“Mak, gawainya tak nak bergerak.” Ucapan si bungsu membuat jantungku hampir lepas dari tempatnya.

Secepat kilat aku meraih gawai yang disodorkannya kepadaku, menitis airmata ini bagaimana tidak, untuk memilikinya saja aku harus berhutang,ini baru cicilan ke 6 tapi sudah bermasalah.

“Wan, jaga adikmu. Mak ke counter sebentar.” Perintahku pada anak tertuaku.

Bergegas menuju motor tua yang juga hasil menyinyil dari tetangga yang berlebihan rezeki membeli yang baru, hanya bekas darinya yang mampu aku beli. Sekali, duakali, tigakali hitunganku,  tapi motor tuaku tidak mau hidup.

“Ya Allah. Jangan pula motor ikut rusak.” Batinku

Aku perhatikan motorku, baru tadi pagi aku bawa untuk berkeliling menjajakan barang daganganku. Netraku tertuju pada lubang kunci,

“Masyaallah ternyata aku tidak menekan kunci pantas saja tidak hidup.” Batinku

“Tenang, semua pasti baik – baik saja, Bismillah aku meneken kunci dan menstater motorku. Hidup, Alhamdulillah.” Bisik merasa lega.

Ku pacu motor tua ke arah counter tempat mengkredit gawai, lalu lintas legang tapi harus tetap hati – hati.

“Tokey, gawainya tidak merespon.” Ujarku setelah sampai di depan pemilik counter.

  Si Tokey mengutak – atik gawaiku, sambil tersenyum dia berkata “Kak ini paketnya habis.” Sambil menyerahkan kembali gawai ketanganku.

“Alhamdulillah.” Seruku seketika

“Mau isi paket?” tawarnya kepadaku

Uang hanya ada untuk makan besok, jika ku belikan paket bagaimana dengan makan besok, batinku.

yang menusuk dihatiku sebelum pergi si bungsu mengatakan pukul 1 siang ini harus dikirim tugasnya, makan atau paket pikirku seketika.

“Tokey paket paling murah berapa?”  Walaupun disaku hanya ada uang 75 ribu saja, aku tetap bertanya

“Paling murah, 5 rb, tapi rugilah hanya untuk beberapa hari. baik beli yang 4 Gb 20 rb bu.” Terang  yang punya counter gawai.

Lumayan masih ada 55 rb, beli saja daripada anak – anak tidak bisa belajar. akhirnya dengan tangan yang bergetar aku mengeluarkan uang 20 rb untuk membeli paket.

***

Sesampainya dirumah, aku melihat sibuah hatiku lagi duduk menanti kedatanganku

“Lama sekali perginya Mak, sudah mau pukul 1.” Bukanya bertanya gawainya rusak atau tidak,

“Hmmm.” Aku menghembuskan napas berar

“Paketnya habis.” Kataku sambil menyerahakan gawai ke tangan si bungsu.

Secepat kilat aku melihat si bungsu mengetik tugas dan mengirimnya. Aku memperhatkan buah hatiku satu persatu menggunakan gawai secara bergantian

“Mak…gawainya tak merespon lagi.” teriak si abang yang mendapatkan giliran terakhir

Resa, aku takut paket yang kubeli tidak cukup untuk mengantar tugas mereka. Ku raih gawai yang diulurkan si Abang mengecek paketnya, seperti yang diajarkan Tokey padaku.

Mataku membulat besar, astafirullah paketnya habis. Rontok semua rasanya sendi di badanku, bagaimana ini? Apakah harus membeli paket lagi atau bagaimana. Tak terasa aku terduduk di lantai dengan lemas.

“Maaak.” suara buah hatiku berteriak

Satu persatu mereka memburuku, si Abang menyandarkan badanku pada dirinya sementera 2 yang kecil memegang kiri kanan tanganku. Dah tak terbendung lagi air mata ini, aku menangis begitu juga buah hatiku.

“Apa yang sakit Mak.” Serentak suara mereka bertanya kepadaku

“Tak ada yang sakit, Mak baik – baik saja.” aku mencoba menenangkan mereka dengan mengatakan aku tak apa – apa.

“Tapi mak terduduk dan muka Mak pucat.” Suara si Abang risau dengan keadaanku.

Aku tersenyum kearah mereka buah hatiku, aku tahu mereka khawatir dengan keadaanku. Tapi aku merasa terjebak dengan uang untuk makan atau paket. Lelah semuanya jadi lelah apa dayaku terjebak diantara keduanya.***

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Gapai Cita dalam (Duka) Cinta

  Adik Abah yang dulu tinggal bersama kami sudah lebih sepuluh tahun merantau sejak menamatkan sekolah menegah atas hari ini duduk di ruang ...