Selasa, 17 Agustus 2021

Merdekaku

 

Hujan turun dengan deras, seingatku sudah dua tahun ini setiap menjelang penaikan bendara hujun turun membasahi dunia pertiwiku. Seperti ada ribuan airmata yang mengalir menangis bahagia melihat indonesiaku masih berdiri tegap dengan berbagai rintangan yang menghadangnya.

“Selamat hari kemerdekaan Bu.” Sungguh membuat haru, bagaimana tidak aku mendapatkan ucapan dari salah satu mantan siswa yang sudah mengabdi kepada negera sebagai pengawal kemerdekaanya.

Tanganku gatal dari tadi, setelah mengerjakan semua ritunitas sebagai Ibu Negara di Istanaku memasak untuk Kepala Negaraku suami tercinta beserta prajurit penerus bangsa anak – anakku tercinta. Ya sudah dua tahun ini tidak ada upacara bendera setelah covid melanda. Hanya upacara bendera melalu layar kaca TV yang kami saksikan sungguh rindu dengan moment di mana kami guru akan berbaris mengikuti upacara bendara, entah panas atau hujan kami tetap berdiri tegak sampai sang merah putih berkibar baru mundur teratur mencari tempat berteduh. Tapi aktrasi dari ketentaraan tetap berlanjut menjadi tontonan yang selalu memberi rasa hangat di dada.

Tangan gatalku mulai membuka chat dari gawaiku, walaupun mata masih menatap penaikan Bendara di istana Negara, mudah – mudah hujan tidak membuat listrik mati seperti sudah – sudah di tempatku. Hujan masih deras di luar tapi tidak di istana Negara. Lihat semua petugas dengan atribut APD nya tetap melaksanakan upcara bendara dengan hikmat.

Jadi teringat dengan berita beberapa hari lalu, salah seorang pengeret bendara dinyatakan positip tidak jadi berangkat ke Istana. Terlihat jelas di raut wajahnya kekecewaan yang dalam, tapi apa mau di kata itulah takdirnya. Aku tersenyum miris, kapan pandemic ini berlalu sudah rindu dengan upacara bendera, batinku

“Salam merdeka Bu.” Terukir senyumku satu lagi ucapan dari mantan siswa

“Merdeka belajar Bu.” Aku melihat chat ini, apa maksudnya, cepat jari tuaku mengetik menjawab chatnya padahal dari tadi aku hanya memperhatikan setiap chat yang masuk yang mengucapkan HUT RI.

“Apa masksudnya Merdeka belajar Ananda?” tak lupa aku memasukkan emoticon tanda orang bigung.

“Ya merdeka belajar Bunda.” Pangilan yang selalu diberikan anak didiku jika chat diluar chat grup mata pelajaran.

“Lho Bunda selalu menulis merdeka belajarkan?” tulisnya lagi, menambah rasa penasaranku.

“Kalau Merdeka belajar menurut Bunda adalah sarana belajar tidak hanya kelas, buku dan alat tulis. Tapi sekarang semua bisa menggunakan media elektronik yang lebih memuaskan rasa penasaran ananda semua, kalau menurut Ananda, makna merdeka belajar apa?.” Jelasku panjang lebar, sambil meminta penjelasannya merdeka belajar.

“Bunda sayang, walaupun ada pandemic kami masih bisa merdeka belajar. bunda walaupun sudah usia tapi tetap menyajikan pembelajaran yang menarik walaupun hanya di dunia maya. Bunda tahu kami lebih memilih game daripada menyimak pembelajaran tapi bunda membuat kami penasaran dengan media pembelajaran bunda. Itu maksudnya kami merdeka belajar walaupun tidak tatap muka bunda.” Hatiku lega walaupun hanya satu tapi itu berarti siswaku sudah merdeka belajar.

Satu hari ini, besok akan bertambah jangan galau dengan angka satu karena pasti ada angka selanjutkan seperti Indonesia saat ini, 76 tahun perjuangan semua masih berdiri kokoh.Selamat hari kemerdekaan Negaraku, biar usia kita tua tapi tetap tebarkan manfaat. Belajar dan terus belajar membuat kita bermanfaat. Merdeka untuk kita semua, senyumku tersunging menyambut kemerdekaan tahun ini, selamat HUT 76 Indonesiaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Gapai Cita dalam (Duka) Cinta

  Adik Abah yang dulu tinggal bersama kami sudah lebih sepuluh tahun merantau sejak menamatkan sekolah menegah atas hari ini duduk di ruang ...