Menahan segala napsu bukan
hanya menahan lapar dan dahaga ketika berpuasa itu sudah menjadi ketentuannya.
Bagaimana kita menyikapi
mungkin itu yang paling utama.
Berpuasa dengan berdiam
diri di rumah mungkin lebih mudah menahan napsu amarah.
Apalagi jika di rumah hanya tinggal dengan anggota keluarga yang jumlahnya sedikit mungkin napsu amarah lebih bisa di jaga, dan ini terjadi pada hari kelima.
Pada hari keenam pas pasantren
kilat bermula untuk semua peserti didik tempat mengabdi, napsu marah benar –
benar diuji.
Jam masuk sekolah sudah
diumumkan sebelum libur menyambut Ramadhan.
Sudah diingatkan dengan
keras sambil memberikan petunjuk jangan sampai terlambat datang ke sekolah.
“Setelah subuh jangan
tidur, pasti terlambat datang ke sekolah jika tertidur. Tidurnya setelah pasentren
kilat.” Itu pesan yang disampaikan.
Ternyata mengingatkan peserta
didik sekarang tidak seperti mengingatkan peserta didik zaman sekolah dulu.
Datang terlambat merupakan
hal yang memalukan tapi sekarang semakin banyak larang dianggap angin lalu
saja.
Ada beberapa peserta didik
karena sudah terbiasa dan tidak ada Tindakan keras dari pihak keluarga ini yang
menjadi dilema dunia pendidikan.
Kewajiban pihak sekolah
untuk mengingatkan jangan bosan, karena tidak ada kata bosan atau sudah
diingatkan teruslah mengingatkan mereka untuk menuju kebaikan.
Pesan singkat untuk kita
semua pendidika, peran sebagai guru dalam membimbing tidak boleh hilang,
teruslah mengingatkan mereka bukan tergantung pada mood dan batas kesabaran.
Akhirnya menjadi cacatan
tersendiri, bahwa yang namanya peserta didik harus selalu diingatkan dan jangan
bosan untuk mengingatkan.
Mengingatkan tentu membosankan
apalagi yang diingatkan tidak mengindahkan, terus saja mengingatkan kerana guru
bukan hanya mengajarkan materi saja tapi contoh keteladanan dalam kehidupan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar