Jumat, 25 Desember 2020

Hatiku


Berlari  sekencangnya, aku tidak sanggup melihat hal yang ada di depan mataku saat itu. Pemandangan yang membuat luka di hatiku, mungkin luka yang tidak akan sembuh, entahlah. Aku  tahu ia memang tidak akan menjadi milikku tapi aku tidak membayangkan ini akan melukaiku dengan sangat parah sehingga aku merasa tidak ingin hidup rasanya.

 

Melati binti Jamal, terluka karena cinta. pertemu dengan seorang laki – laki bermana Adi yang memikat hatiku,  ia punya rasa yang sama. Tapi karena sikap ku cendrung menyembunyikan perasaan hati, sehingga ia ragu dengan perasaanku. Akhir – akhir ini aku sering melihat Mas Adi pergi berdua dengan Wati tanpa mengajakku. Siang ini kami janji makan siang bersama Aku, Mas Adi dan Wati seperti kebiasaan kami karena sekantor. “ Dek, aku sudah melamar wati, “ seperti tidak percaya, aku memandang Mas Adi, wati datang dengan membawa nampan makanan sambil tersenyum menunjukkan jari manisnya kepadaku.

 

Bagaikan tertusuk belati yang sangat tajam tepat di jantungku, aku menangis di dalam hati. Berusaha tegar seperti gadis jawa,  hadir dipernikahaannya dengan sahabat baikku. Senyum yang tersungging dibibirku tidak menampakan luka yang mengangga di hatiku. “ Selamat Mas, Wat hari ini kau sudah bergelar istri semoga SAMAWA.” Sambil memeluk sahabatku. Berjalan meninggalkan pelaminan masih melempar senyum untuk orang – orang yang menyapa karena mengenalku. Pilu, berlari sekencangnya.(AZ)

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Gapai Cita dalam (Duka) Cinta

  Adik Abah yang dulu tinggal bersama kami sudah lebih sepuluh tahun merantau sejak menamatkan sekolah menegah atas hari ini duduk di ruang ...