Selasa, 08 April 2025

Kasihan Wali Kelasku

 


Beberapa hari ini, kembali aku melihat raut wajah lelah wali kelasku.

Wajah tua tapi setiap hari selalu menebar senyum sambil berkata kalau ketemu Ibu wajib senyum itu membuatku merasa iba.

Selalu kata nasehat terlempar dari mulutnya, cerewet kata teman – temanku.

Bahkan ada dari teman – temanku yang memberi gelar nenek lampir untuk dirinya, khususnya mereka yang selalu melanggar dispilin sekolah.

Bu Cahaya sosok yang sudah setahun ini menjadi wali kelas kami selama setahun ini, sosok yang selalu tersenyum walaupun banyak masalah yang buat oleh kami siswa – siswi dalam naungannya.

Masih segar dalam ingatan, ketika kelompok pembuat onar kelas, ketangkap merokok di gudang sekolah.

Bu Cahaya menjadi amukan salah satu orangtua yang katanya mempasrahakan anaknya ke sekolah tidak terima anaknya ketangkap merokok.

Bu Cahaya dengan senyum berkata di dalam kelas jika saja mereka teman – temanku yang merokok memposisikan diri mereka sebagai orangtua ataupun wali kelas yang tidak tahu apa – apa tapi dipersalahkan apakah mereka menerimanya.

Itulah satu sifat yang aku suka dari Bu Cahaya, beliu selalu memberi nasehat dengan memposisikan keadaan yang terjadi kepada diri sendiri.

Lihat saja ketika salah satu temanku tertuduh mencuri uang komite.

Bukannya marah, Bu cahaya meminta kami keluar kelas dan memeriksa tas kami.

Setelah satu kami dipersilakan masuk kembali, dan Bu Cahaya mengatakan uangnya sudah ditemukan. Beliau meminta kami untuk tidak mempermasalahkan kehilangan uang tadi, mungkin hanya khilaf itu katanya.

Adalagi kejadian dimana kami satu kelas menolak untuk mengikuti lomba yang diadakan osis.

Bukanya marah beliau hanya mengatakan, bukan nama Ibu yang dipermasalahkan tapi kami yang dianggap tidak mau mengikuti program osis.

Beliau selalu memberikan dukungan walaupun kami selalu saja kalah.

Biarkan kalah yang penting kelas kita sudah ikut dalam mensukseskan program osis.

Senyum itu selalu menyejukkan hati kami walaupun banyak masalah yang kami timbulkan.

Hari ini aku, Intan Sahara melihat wajah lelah.

“Ibu sakit, ada yang bisa Intan bantu.” Ucapku .

Sengaja aku datang ke majelis guru, karena aku tahu seminggu ini guru dan wali kelas sibuk dengan mengolah nilai.

Ah, Bu Cahaya pasti sibuk dengan segala aplikasi dan nilai.

“Sudah berulang kali Ibu memprint rapot kalian tapi hasilnya tidak memuaskan.” Ucapnya lelah.

“Doakan Ibu berhasil memprint rapor kalian walaupun harus bergadang.” Ucapnya lanjut.

Bu Cahaya, guru yang jarang meminta bantuan kami siswa – siswinya, semua selalu dikerjakan sendiri.

“Bu guru lain meminta bantuan mengoreksi kenapa Ibu tidak pernah meminta bantun.” Pernah aku bertanya pada Beliau.

“Mengoreksi adalah kewajiban guru apalagi hasil ujian, di situ dan rahasia yang harus dijaga.” Ucapnya sambil tersenyum.

Hari ini ingin sekali aku membantu beliau untuk memasukkan hasil printnan rapor dalam wadahnya tapi aku yakin beliau pasti akan menolak.

Semoga Bu Cahaya selalu sehat dan tetap bersemangat mengajar kami, amin.***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Kasihan Wali Kelasku

  Beberapa hari ini, kembali aku melihat raut wajah lelah wali kelasku. Wajah tua tapi setiap hari selalu menebar senyum sambil berkata ka...