Kamis, 02 Desember 2021

Ceritaku Hari ini

 

Sudah sejak dari subuh, cuaca tidak bersahabat, mendung sudah kelihatan maklum saja bulan desembar sudah mulai menurun air dari langit. Setelah menyelesaikan tugas sebagai ibu neraga tentunya persiapan untuk menuju tempat mengajar menjadi prioritas selanjutnya. Berganti kostum dari daster menjadi batik, menenteng ransel yang berisi laptop yang menjadi bawaan setiap harinya tidak lupa gawai sebagai pelengkap pembelajaran masa pandemic sudah sedia semuanya.

Hanya butuh sepuluh menit dari rumah, akhirnya dengan mengucapkan syukur pukul enam lewat lima puluh aku sudah sampai di sekolah, menenteng ransel dan satu tas yang berisi termos air hangat yang selalu menemani aku berjalan menuju ruang tata usaha untuk absen kehadiran baru menuju ruang majelis guru.

Ada bunyi di atas langitku berjalan, spontan aku mengucapkan syukur karena hujan akan turun, tapi langsung mendapat protes dari siswa yang berjalan di sebelahku.

“Jangan hujan bunda, nanti kami kesulitan untuk ujian semeseter.” Ucapnya membuatku memandang wajahnya.

Sambil berjalan menuju majelis aku langsung berfikir, inilah salah satu kekurangan jika ujian secara daring, hujan menjadi penghambat sinyal. Akhirnya aku berdoa semoga hujan tidak jadi turun, tapi ternyata tidak di ijabah. Hujan turun dengan lebat berserta suara guruh yang memekakkan teliga.

Akhirnya ujian semester di undur sampai lebih dua puluh menit, karena link yang di kirim tidak dapat dibuka oleh siswa – siswaku. Akhirnya aku berpikir seandainya ada cara untuk menghilangkan kelemahan gangguan sinyal jika ada hujan pasti akan menyenangkan, sem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Gapai Cita dalam (Duka) Cinta

  Adik Abah yang dulu tinggal bersama kami sudah lebih sepuluh tahun merantau sejak menamatkan sekolah menegah atas hari ini duduk di ruang ...