Sabtu, 19 September 2020

Bahagia Karena Semangatnya.

Sejak minggu, 13 September 2020 kemaren mak adalah orang yang paling sakit karena penyakit yang di derita Ayah. Dua hari setelah tidak tahan lagi menahan sakit yang di derita barulah kami anak - anaknya diberitahu akan sakitnya. Tepatnya subuh selasa 15 September setelah tidak lagi bisa menahan sakitnya dengan berat hati Mak memberitahukan sakit Ayah kepada kami. Tentu saja sebagai anak kami langsung datang kerumah Ayah dan Mak untuk melihat kondisi Ayah.

Tanpa membuang waktu saya dan adiknya  membawa Ayah ke RSBT salah satu rumah sakit swasta yang berada di Kabupaten Karimun yang terletak di PN. Kami tidak membawa Ayah kami ke RSUD karena rumah sakit tersebut dijadikan sebagai rumah sakit untuk menampung pasien Covid - 19 di daerah kami. 

Karena waktu masih pagi Ayah langsung di bawa ke IGD tidak ke poli, Ayah langsung ditangani dan diambil darahnya untuk memastikan penyakit yang di derita Ayah. Sakit yang dirasakan di daerah perut kanan bawah sampai ke pinggang belakang. Sambil menunggu hasil pemeriksaan darah, diagnosa yang diberikan oleh Dokter yang memeriksa ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah usus buntu dan yang kedua adalah batu ginjal.

Setelah 1 jam menunggu, hasil pemeriksaan darah keluar dan hasil diagnosa dokter tidak meleset. Tapi yang harus ditangani terlebih dahulu adalah usus buntunya. Ayah tidak dibenarkan pulang untuk pemeriksaan selanjutkan sebelum operasi yang pertama dijadwalkan pukul 10 pagi jika hasil tensi, gula darahnya baik - baik saja. Akhirnya operasi usus buntunya tidak dapat dilakukan pada pukul 10 pagi karena hasil pemeriksaan tensi dan gula darahnya tinggi serta ada masalah dengan paru - paru Ayah. Ayah langsung di masukkan ke kamar pasien dan diberikan suntikan insulin bagi menurunkan kadar gula darahnya serta obat tensi yang diletakkan dibawah lidah dan diberikan uap. Jadwal kedua untuk operasi diundur sampai pukul 14 siang juga tidak jadi akhirnya hampir pukul 18 malam Ayah baru masuk ruang operasi dan selesai operasi pada pukul 19.15.

Sebelumnya saya tidak memberitahukan ahli keluarga lain informasi dari dokter bahwa ini operasi kecil tapi beresiko besar karena umur Ayah yang sudah 76 tahun serta tensi, gula darah, serta paru - paru yang di deritanya. Tapi saya yakin semangat Ayah kuat, serta  doa istri, anak dan cucu serta cicit yang akan memberikan kekuatan untuk Ayah menjalani ini semua.

Setelah di keluar dari ruang operasi, ke ruangan isolasi. Saya dibenarkan untuk menemani ayah, perawat memberitahukan saya untuk menyadarkan Ayah dari pengaruh obat bius dengan menepuk - nepuk kecil pipi Ayah. Karena usia yang tidak muda lagi, pengaruh obat sekitar agak lama walaupun setelah 45 dari operasi Ayah sudah sadar tapi belum sadar betul.

pukul 20.15 Ayah baru kembali ke kamar Ar-Rahman di lantai 2 RSBT dibantu oleh perawat, sebelum keluar perawat sempat mengingatkan saya untuk tetap tidak memberikan ayah minum atau makan walaupun sudah kentut. Ayah disuruh menunggu 3 jam setelah operasi baru diberi minum itupun harus memanggil perawat terlebih dahulu, pukul 21 Ayah baru benar, kalimat pertama yang keluar " Sakit, Ayah sudah selesai di Operasi?" Saya tersenyum mendengarnya, 76 tahun umurnya. Baru sekarang Saya melihat Ayah terbaring lemah dan tak berdaya. Sebelumnya saya hanya melihat sosok Ayah yang selalu tegar di mata anak - anaknya, Sakit asam urat yang di deritanya saja jika tidak bengkak kakinya kami tidak pernah mendengar beliau mengeluh. Jika sakit hanya tidur dan tidak bangun dari tempat tidur berarti Ayah sudah sakit, jika di ajak kerumah sakit jawabanya hanya " Sudah Ayah tidur saja, nanti juga baik sendiri.".

Tapi hari ini, sambil menatap wajah Ayah saya melihat kekhawatiran disana. Setelah mengatakan sakit, beliau berkata pasti mak (istrinya) sudah beberapa hari tidak tidur pasti risau dirumah menunggu berita dari rumah sakit. Sambil menenangkan Ayah saya berkata tadi sudah video call dan mak sudah melihat kondisi Ayah. Masih terus berbicara bertanya semua Adik - adik saya apakah sudah datang melihatnya.Saya mengatakan sudah, tapi pada sudah pulang, karena peraturan rumah sakit hanya membenar satu penjaga saja. Banyak yang dikatakan Ayah, saya hanya tersenyum mendengarkan dan sekali - sekali menjawab pertanyaan apa yang diajukannya.

Pagi rabu saya sudah melihat senyum di bibir tuanya, banyak pertanyaan lucu yang tadi malam tentu sudah dilupakannya. Bagaimana ia minta kekamar mandi padahal masih pakai keteter, untuk tidak mengecewakannya saya sempat bertanya kepada perawat untuk memastikan beliau masih pakai keteter. Masih juga bertanya jika Ayah mau buang air besar bagaimana jika tidak boleh ke kamar mandi. Ayah sudah dipakaikan pampers kata saya.

Sudah merasa lega melihat Ayaht tidak menderita karena sakit diperutnya, sudah mulai makan tapi sebelum makan harus suntik insulin dulu seperti pesan dokter. Seharusnya hari Jumat paling cepat pulang melihat kondisi bekas operasinya kata dokter. Ternyata hari Kamis sore Ayah sudah pulang dan berkumpul bersama kami lagi di rumah. Rasa syukur tidak lepas dari kami sekeluarga melihat kondisi Ayah yang diluar prediksi Dokter melihat umur yang tidak muda lagi.

Hari ini, saya mengunjungi Ayah di rumahnya, melihat senyum dan banyak makannya membuat saya bahagia. Mudah - mudah semua penyakit pergi meninggalkan tubuh Ayah sehingga Ayah bisa menikmati masa tuanya dalam keadaan sehat dan bahagia bersama istri, anak , menantu, cucu serta cicitnya. Amin. (AZ)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Gapai Cita dalam Cinta

Bel panjang berbunyi, aku bergegas melangkah menuju parkiran terlambat sedikit saja pasti banyak ruginya. "Assalamualaikum." Gema ...