Hujan merupaka nikmat Allah bagi semua mahluk ciptaannya tapi tidak buat diriku, jika hujan turun Nia panggilan Ayah dan Ibu kepadaku. Lahir dari orang tua yang kurang mampu membuatku harus selalu bermain dengan nasib. Seperti minggu kemaren, aku dipanggil ibu guru karena terlambat datang kesekolah. Bukannya aku sengaja untuk datang terlambat, tapi jika hujan turun maka aku harus memindahkan kasur terlebih dahulu jika tidak kasurnya akan basah maka malam hari aku harus tidur diatas kasur basah yang dialasi plastik agar bisa di tempati.
hujan, ya hujan jika sudah musin hujan sepertinya Bapak/Ibu Guru tidak mau tahu dengan kondisiku. Mereka hanya tahunya marah jika aku terlambat datang kesekolah, apakah mereka tidak pernah merasakan harus mengangkat dan memindahkan kasur supaya bisa tidur di kasur pada malam harinya.
" Nia, pasti kamu lagi, kamu lagi yang terlambat jika sudah musim hujan. Alasan klisie apa lagi yang mau kamu berikan untuk ibu." aku mendengarkan suara wali kelasku memberikan ceramah yang sama setiap musim hujan turun. Emangnya aku pikirin kata Nia di dalam hati, sudah biasa lebih baik aku mendengarkan ocehan wali kelasku. Dengarkan dengan kuping kiri terus keluarkan lagi di kuping kanan.
Tapi hari ini aku tertegun mendengarkan suara yang keluar dari mulut wali kelasku yang tidak seperti biasanya. " Nia kenapa kamu tidak pernah menceritakan keadaan Mu, kepada Ibu. Sehingga Ibu tidak membuat kesalahan dengan menyalahkan kamu karena datang terlambat ke Sekolah. Nia tidak perlu malu dengan keadaan Nia itu." lanjut wali kelasku.
Aku melihat pandangan mata yang tidak seperti biasanya, yang selalu memancarkan cahaya kilat seakan memakan aku, jika aku datang terlambat. Tapi tatapan mata hari ini begitu membuat aku merasa tidak nyaman dan bersalah. Tidak perlu malu menceritakan keadaan keluarga jika itu memang apa adanya.
Aku hanya tertunduk dan memandang ubin yang sudah tidak lagi bersinar karena di ijak oleh kaki - kaki yang memakai sepatu yang kena lumpur karena kena hujan yang sudah turun selama seminggu ini. Nia, Nia bisa bercerita kepada ibu. mungkin Ibu bisa membantu Nia suara wali kelasku seakan mau meruntuhkan dinding air mataku. Tapi aku bertahan, jangan sampai wali kelasku merasa Iba kepadaku. Aku sudah biasa di marahi oleh wali kelas ku sejak dari SD sekarang Aku sudah duduk di kelas XI SMA.
Hampir 3 bulan aku duduk di
kelas XI SMA, Bu Cahaya guru ekonomi yang menjadi wali kelasku. Kami semua
siswa – siswi di SMA X sudah kenal dengan watak bu Cahaya yang tidak suka
dengan siswa yang datang terlambat. Kami satu kelas di minta membuat perjanji untuk
datang 5 menit lebih cepat dari jam yang sudah di tentukan oleh sekolah. Kata Bu
Cahaya ini adalah peraturan tambahan di dalam kelas kita, tentu saja kami tidak
berani untuk membantahnya.
Dengan berat hati kami harus
mengikuti kata wali kelas yang dictator ini, bukan hanya masalah kehadiran kami
juga selalu di pantau untuk semua tugas dari mata pelarajan yang kami pelajari.
Jangan coba – coba untuk membuat masalah dengan guru mata pelajaran, kami akan
mendengarkan omelan Bu Cahaya di tambah dengan beliau menelepon orang tua kami
dengan meminta orang tua kami untuk memperhatikan lagi waktu kami mengerjakan
tugas di rumah.
Terlambat 2 kali, tidak hadir
tanpa keterangan alias alpa 2 kali, semuanya serba dua kali dengan Bu Cahaya
pasti orang tua kami akan langsung mendapatkan pemberitahuan dari Bu Cahaya. Sehingga
kami satu kelas member gelar ibu 2 kali dan nenek lampir yang kerjanya hanya
ngomel saja jika kami melakukan kesalahan.
Hari ini aku harus rela di
omeli oleh Bu Cahaya karena sudah dua hari hujan turun di pagi hari. Mau tidak
mau aku harus terlambat datang kesekolah karena harus memindahkan kasur tersayangku
ketempat yang tidak kena hujan agar bisa digunakan pada malam hari nanti.
Aku tidak menyangka hari ini
aku bukannya kena omelan Bu Cahaya malah mendapatkan nasehat yang sangat
menyentuh hatiku. Aku tidak membayangkan akan mendapatkan nasehat yang membuat
aku bangga menjadi siswa yang berada di kelasnya Bu Cahaya.
“ Ibu sudah mencari
informasi tentang Nia dari walikelas dan teman – teman dekat Nia. Nia anak yang
cerdas, Nia suka menulis khususnya membuat cerpen kata teman – teman Nia. Kenapa
Nia tidak mengikuti lomba – lomba menulis yang diadakan oleh organisasi intra
sekolah? Kan lumayan jika menang Nia akan mendapatkan sejumlah uang yang bisa
Nia gunakan untuk membantu orang tua memperbaiki atap rumah Nia yang bocor
sehingga Nia tidak perlu lagi mengangkat kasur jika musin hujan dan tidak akan
datang terlambat kesekolah.
Aku mendengarkan saja apa
yang dikatakan oleh wali kelasku Bu Cahaya. “Mengapa Nia diam saja,” aku
seperti dikejutkan oleh sesuatu padahal itu suara Bu Cahaya yang menegurku. Aku
malu sendiri, aku berkhayal sudah ikut lomba dan menang.
Hayo, Nia melamun ya. Apa yang
Nia lamunkan. Itu namanya tidak sopan lagi dinasehati malah Nia melamun. Ibu
minta Nia mengulang kembali apa yang baru saja ibu katakan kata Bu Cahaya
dengan mimik muka serius.
“ Maaf bu, Nia melamun
menang lomba dan hadiahnya Nia berikan kepada Ayah untuk menganti atap rumah
kami yang bocor.” Kataku jujur, aku terpesona melihat senyum di bibir Bu
Cahaya. Masyaallah baru pertama kali dalam hidup ini aku mendapatkan wali kelas
yang mau perhatian kepadaku.
Itu 2 tahun yang lalu, hari
ini aku sudah mendapatkan keputusan dari hasil belajarku selama 3 tahun di SMA
X. Tak terasa air mata menetes di pipi, terima kasih Bu Cahaya semenjak ibu
mengenal dunia tulis menulis kepada Nia, perekonomian Nia membaik. Bukan hanya
untuk sekolah Nia, Nia juga bisa membantu Ayah dan Ibu untuk memperbaiki rumah
kami. Sekarang Nia tidak perlu takut terlambat kesekolah lagi, kerana hari
hujan tidak perlu memindahkan kasur dulu.
Bu Cahaya walau 1 tahun Bu
Cahaya menjadi wali kelas Nia, tapi Nia selalu mengingat pesan – pesan ibu. Disiplin
di mulai dari mentaati waktu, karena waktu tidak bisa kembali lagi. Jangan sia –
siakan waktu karena orang yang menghargai waktu adalah orang yang sukses.
Semoag Bu Cahaya betah disekolah yang baru, Nia akan selalu mengingat semua
pesan Bu Cahaya. Tulisan ini teruntuk Bu Cahaya menjadi cahaya dalam kehidupan
Nia.(AZ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar