31 Desember, hari pengakhir tahun untuk ini menjadikan sebuah awal baru untuk tahun depan. Melihat kebelakang, menelaah kejadian apa saja yang yang menjadi hikmah untuk dapat diperbaiki dimasa yang akan datang.
31 Desember, hari pengakhir tahun untuk ini menjadikan sebuah awal baru untuk tahun depan. Melihat kebelakang, menelaah kejadian apa saja yang yang menjadi hikmah untuk dapat diperbaiki dimasa yang akan datang.
Namanya manusia pasti ada masa, dimana kita akan merasakan malas untuk melakukan sesuatu, pasti yang terpikir adalah bosan. Bosan keadaan dimana kita sudah terlalu lama melakukan sesuatu hingga tidak ada ketertarikan untuk melakukannya. Ups bagaimana jika itu terjadi pada situasi pekerjaan yang menuntut kita, bisa terbayangkan produk apa yang akan kita hasil dengan mengerjakan sesuatu dengan tidak ada pasionnya.
Dari pagi cuaca sepertinya tidak ada menunjukkan akan turun hujan, matahari dengan garangnya menunjukkan sinar keemasan, yang namanya Ibu Negara tentu mengambil manfaat dengan segera menghidupkan mesin cuci, memasukkan air dilanjutkan memasukkan sabun serta baju kotor yang sudah dipilah.
SISWA atau peserta didik mengenal sosok M. Rasyid Nur adalah sebagai guru. Dia memang guru. Setelah pensiun dari PNS (Pegawai Negeri Sipil, kini disebut ASN, Aparatur Sipil Negara) sejak tahun 2017 dia masih berkhidmat di pendidikan yang tidak jauh-jauh dari sekolah dan guru. Saat ini dia diberi amanah oleh Pembina Yayasan Darul Mukmin (YDM) untuk mengelola sekolah-sekolah di bawah Yayasan Darul Mukmin Kabupaten Karimun. Bahkan sekaligus membantu mengelola Radio Azam dan Rumah Tahfiz, Darul Huffaz yang dimiliki oleh ouner yang sama, Pak Muhammad Hasbi dan isteri.
I
Bunga ros warna merah jambu
Baunya harum hingga ke
pekan
Sungguh tak terkira
jasanya ibu
Sampai ke mati tak terbalaskan
Berjalan santai setelah pulang kerja selalu aku lakukan, hanya sekedar untuk mengisi kekosongan hidup yang aku jalani. Aku memakirkan motor butut di tempat parkir taman rekreasi di tengah kotaku, aku tidak mau langsung pulang kerumah hanya untuk melihat kemesraan yang bukan milikku.
“Mia kenapa akhir – akhir selalu pulang telat” komentar ibu sudah sering ku dengar memprotes dengan pulangnya telat aku kerumah.
“Banyak kerjaan di kantor bu.” Alasanku setiap pulang telat.
“Kan ada Nia yang menemami ibu.” Kataku, setiap menyebut nama adikku seperti ada pisau tajam yang mengiris hulu hatiku.
Bulanku bersembunyi di balik awan yang berarak, aku menatap langit mencari keberadaannya. Secuil hati merindukan kehadirannya. Sepurnama waktu yang terasa lama bagaikan sewindu rasanya. Aku menanti dalam ketidak pastian yang berpanjangan aku masih memegang janji yang telah terikrar tapi apakah yang memberi janji telah lupa akan sumpahnya untuk kembali kepada pungguk yang merindu.
Cantik, manis, macam istilah orang sekarang. Bukan aku mau menyombongkan diri tapi aku hanya mengatakan apa yang orang kata kepadaku mengenai diriku. Kadang aku tersenyum geli , bagaimana tidak, aku tidak pernah merasa cantik apalagi manis.
Jika aku cantik dan manis tentu tidak akan seperti ini nasibku, umurnya lebih tua dariku. Anaknya sudah 2 tapi suamiku lebih memilih dia, ranjangku sepi dan dingin. Aku macam tapi tak mengairahkan, berarti aku tidak ada apa – apanya.
Semenjak ada pembelajaran tatap muka terbatas, sekolah kami mulai menggunakan hari sabtu sebagai hari belajar yang sebelumnya pembelajaran hanya sampai pada hari jumat saja. cerita hari ini sebenarnya sudah dimulai sejak malam sabtu, cuaca yang tidak menentuk tentu menjadi alasan untuk kehadiran tetap waktu. Entah factor apa yang menyebabkan jika hujan turun maka sekolah hanya di isi oleh guru atau siswa yang datang dengan menggunakan mobil saja sedangkan yang menggunakan motor pasti kehadirannya akan terlambat dari biasanya.
Jumat selalu menjadi penghulu hari bagi umat muslim, begitu banyak berkah di hari jumat. Pagi ini sungguh luar bisa, dalam keadaan perut belum terisi dari rumah karena satu alasan yang mungkin hanya diri sendiri yang lebih tahu alasannya.
Prang…prang…prang, selalu begitu jika amarah pasti barang yang menjadi sasaran empuknya. Aku hanya bisa mengeluh dan mengurut dada saja. entah berapa banyak barang pecah belah yang tidak bernasib baik, entah yang lama atau yang baru selalu menjadi incaran amarahnya yang kadang – kadang aku tidak mengerti kenapa selalu saja begitu.
Hari kedua, setelah kemaren hari senin pertama pada awal bulan. Rasanya silaturahmi dengan tata usaha belum berjalan dengan baik, surat yang beberapa hari kemaren aku minta belum juga terima. Akhirnya hari ini aku menemui lagi tata usaha, hanya secarik kertas membutuhkan lebih dari satu hari untuk mengeprintnya.
Senin merupakan awal pembuka dalam setiap pekannya, memulai hari dengan ceria tentu menjadi impian semua manusia tidak terkecuali diriku. Doa pagi meminta keberkahana menjalani sudah rutin di panjatkan tapi bagaimana hari berjalan tentu tidak lepas dari kehendak-Nya.
Ahad, 5 Desember 2021 seyogyanya ada beberapa agenda yang sudah tersusun rapi untuk siap dieksekusi. Agenda pertama ingin mengajak ibunda untuk berjalan pagi alias jogging hanya bisa dilakukan pada hari ahad. Agenda ke dua akan bersilaturahmi bersama ibu – ibu MTP meral yang di sejalankan dengan khataman Alquran yang sudah beberapa kali tertunda disebabkan pandemic. Sementara agenda selanjutnya mencuci pakaian yang sudah seminggu belum sempat disentuh mesin cuci karena padatnya aktivitas Ibu Negara di luar sana sehingga pakaian Bapak Negera sudah menumpuk.
Silaturahmi membuat hati menjadi tenang, bertemu dan bertatap muka berbagi cerita sungguh luar biasa. Apalagi yang di ceritakan adalah kenangan ketika melakukan ibadah Haji, yang mempunyai kenangan tersendiri dan tak akan terlupakan. Entah kapan lagi bisa mengulang masa itu dengan peraturapan lagi bisa mengulang masa itu dengan peraturan yang tidak membolehkan mendaftar lagi jika belum sepuluh tahun keberangkatan pertama.
Setiap hari pasti ada cerita dalam kehidupan kita, bagaimana menyikapinya tentu menjadi cerita tersendiri yang menjadi sebuah memori. Memori atau kenangan mengajarkan bagaimana menyikapi keadaan yang mungkin membuat kita sadar bahwa menyakiti atau disakiti sudah lumrah dalam kehidupan di dunia fana ini.
Sudah sejak dari subuh, cuaca tidak bersahabat, mendung sudah kelihatan maklum saja bulan desembar sudah mulai menurun air dari langit. Setelah menyelesaikan tugas sebagai ibu neraga tentunya persiapan untuk menuju tempat mengajar menjadi prioritas selanjutnya. Berganti kostum dari daster menjadi batik, menenteng ransel yang berisi laptop yang menjadi bawaan setiap harinya tidak lupa gawai sebagai pelengkap pembelajaran masa pandemic sudah sedia semuanya.
Ada yang baru untuk Penilaian Akhir semester tahun pelajaran 2021 – 2022 di sekolahku. Sejak bulan Oktober kemaren kami sudah memakai sistem ship satu dan ship dua untuk pembelajaran tatap muka bagi siswa – siswi sementera kami para pendidik sejak awal tahun sudah masuk setiap hari dengan prokes kesehatan tentunya.
Beberapa hari ini, kembali aku melihat raut wajah lelah wali kelasku. Wajah tua tapi setiap hari selalu menebar senyum sambil berkata ka...