Itu 10 tahun yang lalu, sekarang aku manajer pada salah satu perusahaan ternama dikota tempat aku bekerja. Aku merasa biasa saja tapi tatapan dari teman sekantor serta kata mereka aku unik, kekerasan hati tidak sama dengan penampilanku yang sederhana. Di kantor aku terkenal dengan atasan yang dingin, dan disegani.Aku tidak pernah memikirkan apa kata mereka yang berada di sekelilingku selama aku tidak melanggar aturan Agama dan Negara.
Umurku tidak bisa dikatakan muda lagi, tapi
aku masih sendiri. Percakapan dengan Ibu beberapa pekan yang lalu sangat
mengusik hatiku.
“ Kapan akan memperkenalkan ibu dengan
calonmu, Cahaya? “ Bagaikan godam palu yang besar menghantam kepalaku, aku
tidak tahu mau menjawab apa. 10 tahunku hanya ku habiskan untuk bekerja. Kuliah
sambil kerja, semua kerja aku lakukan, jika tidak kuliah aku memberikan les
kepada anak – anak SMP/SMA yang tidak jauh dari tempat kosku. Dari keluarga
mereka aku bisa membayar kos dan keperluan lainya, itu di awal kuliah,
menjelang wisuda aku sudah diterima bekerja berkat kerja kerasku. Sekarang aku
sudah menikmati hasil kerja kerasku, rumah peninggalan Ayah sudah bisa aku
renovasi, digarasi sudah ada mobil yang walaupun tidak baru bisa membawa Ibu
berjalan – jalan tanpa harus kena panas dan hujan.
Itu dulu hidup keras harus membanting tulang
untuk kuliah dan akhirnya aku bisa menyekolahkan adik – adiku. Aku bukan
perempuan yang bilang dibilang jelek, tapi aku juga tidak mengatakan bahwa
diriku cantik. Kecantikan relatif menurut mata yang memandang. Tubuh
profosional dengan tinggi 160, berkulit kuning langsat cirri khas wanita
Indonesia. Blasteran padang dan jawa, tentu bisa membayangkannya. Watak keras
yang aku peroleh dari Ayah sementara ibu mengajarkan aku untuk selalu bertata
karma adalah cirri khas orang jawa.
Banyak laki – laki yang melirik memandangku,
bukan aku tidak tahu itu. Selama kuliah sudah ada beberapa teman laki – laki
yang menyatakan suka tapi aku selalu menjawab mau bertanggung jawab untuk kedua
adikku maka aku akan terima tapi mereka mundur teratur mendengar penuturanku.
Aku hanya memandang mereka dengan senyum sambil berkata dalam hati. Ternyata
hanya mencintaiku saja, dan berlalu pergi.
Akhirnya aku melupakan masalah laki - laki dengan tidak pernah lupa berdoa disetiap
sujudku sebagai umat yang beragama, meminta lelaki yang terbaik buat diriku dan
keluarga serta bisa membimbingku ke jannah menuju surga bersama.
Hari ini aku seperti diingatkan kembali
bahawa aku harus mencari pendamping untuk membuat ibu bahagia, sambil memandang
langit cerah dibalik jendela kamarku. Tapi langit dihatiku tidak bisa secerah
langit biru diatas sana. Ibu, apa yang harus aku lakukan? Terlalu lama aku
sendiri, aku lupa cara untuk bersenda mesra dengan yang namanya lelaki.
Malam ini terasa singkat, aku tidak mau malam
ini berakhir, aku tidak mau besok datang dengan cepat. Ibu jangan tanyakan lagi
tentang pendamping hidup, aku tak bisa menjawabnya, aku tak merasa memejamkan
mata, tapi pagi telah tiba. Azan subuh sudah bergema dengan malas, aku
mengerakkan badan menurunkan kaki kelantai dan berjalan menuju kamar mandi
untuk mengambil wudhu.
Berjalan gontai keluar kamar mandi, ternyata
air wudhu masih belum mampu menghapus lelah dihati dan fikiranku, tapi aku
berdoa semoga ada secercah harapan untuk masa depanku. Memasang niat dan sholat
adalah harapan terbesar untuk memecahkan masalah jodoh yang dipertanyakaan ibu.
Setelah salam kuucapkan aku menadahkan tangan memohon kehadiratnya untuk
masalah yang sedang aku hadapi ini. Galau mau kemana aku menjadi pendamping
hidup yang ibu harapkan, satu –satunya lelaki dikantorku sudah beristri,
sementara hidupku hanya rumah dan kantor saja. aku bukan tipe yang suka
keluyuran tanpa tujuan. Pertanyaan ibu menjadi beban yang sangat menyiksa
pikiranku.
Dengan malas aku keluar dari kamar, ingin
menghindari ibu bukan hal yang harus aku lakukan, itu malah akan menambah
masalah. Ibu, dalam hati aku bermohon semoga ibu lupa dengan permintaannya
supaya aku menjadi calon suami dalam waktu dekat ini. “ Cahaya mengapa wajahmu
seperti orang tidak tidur, kamu sakit? “ ibu yang mau aku hindari malah berdiri
di depan pintu kamarku. Dengan mata besar serta keterkejuataanku karena ibu ada
di depan pintu kamarku, dengan spontan aku bertanya. “ Mengapa ibu disini?
“ sudah jam 07, bisanya jam segini cahaya
sudah kekantor” karena itu ibu mendatangi kamar cahaya, Ibu fikir kamu sakit.”
Ibu menjelaskan alasan mengapa ibu berada di depan pintu kamarku. Ya Allah,
sambil melihat jam tangan yang melingkar manis ditanganku, aku menepuk jidatku
sambil berkata, “ Mati aku terlambat,” tanpa mengisi perut untuk sarapan aku
berlari kegarasi sambil menyambar tangan ibu mencium dan berpamitan kepadanya.
Aku masih melihat ibu mengeleng – gelengkan kepala melihat tingkahku. Masih
terdengar di teligaku suara ibu mengingatkan aku untuk tidak lupa sarapan
setelah sampai di kantor nanti.
Hari ini aku masih bisa mengelak dari
pertanyaan ibu, apakah setiap hari aku harus melakukan ini. Fikiranku benar –
benar kacau dengan masalah jodoh yang ibu inginkan.(bersambung)
***
Pandangan mata karyawan yang memandangku
tidak aku pedulikan, aku tahu mereka pasti bertanya, tumben bu Cahaya terlambat
tidak seperti biasanya. Aku melangkah menuju ruanganku tanpa berbasa – basi
dengan karyawan yang berpas – pasan denganku. Menghempaskan tubuhku dikursi
dalam ruanganku dengan menghembuskan napas dalam. Apa yang harus aku lakukan
dengan permintaan jodoh dari Ibu masih terus bermain difikiranku. Ibu, mengapa
itu yang harus ibu, mintalah sesuatu yang bisa Cahaya beli dengan uang bukan
meminta sesuatu yang tidak bisa Cahaya beli dengan uang.
Cinta, masih adakah kata cinta untuk seorang
cahaya yang sudah tidak muda lagi, aku terus bertanya dalam hatiku. Tok tok tok
bunyi pintu ruanganku di ketok, dengan gaya khas aku menjawab,” Masuk”. Tia
salah satu karyawanku masuk sambil membawa beberapa berkas dan berkata,” Ibu
Cahaya hari ini ibu ada rapat dengan klien dari luar kota mereka meningap di
hotel. Dan meminta ibu untuk menemui mereka di ballroom hotel tempat mereka
menginap.” Aku mendengarkan penjelasan karyawan dan meminta ia meninggalkan
berkas yang perlu ku bawa untuk pertemuan setelah itu karyawanku keluar
meninggalkanku.
Masih ada waktu 1 jam sebelum pertemuan
dengan klein perusahaanku, lebih baik aku sarapan dulu sebelum menemui mereka.
Sambil menekan intercom di meja aku meminta office boy memesankan makan di
cafeteria kantor yang mengantarnya keruanganku. Nasi lemak sudah habis
dipiringku, sambil memandang piring yang kosong aku jadi teringat dengan masa
kecil dan remajaku yang selalu menjajakan nasi lemak untuk membantu
perekonomian kami sekeluarga, senyum kecutku mengingat itu. Dulu aku membuat
dan menjualnya sekarang aku yang menjadi pembeli, begitulah roda kehidupan
berputar, aku tidak pernah bosan dengan rasa nasi lemak, aku hanya ingin
meringan beban yang menjualnya walaupun rasanya tak seenak yang dibuat oleh
Ibu.
Meninggalkan pesan kepada karyawanku, “ JIka
ada yang mencari bilang saya lagi keluar rapat dengan klien perusahaan.
Berjalan dengan gontai, hari terasa berat. Kapan aku akan mencari jodoh seperti
pesan ibu jika aku terus sibuk dengan urusan kantor saja. Tidak mungkin aku aku
menemukan pendamping hidup jika perjalanan kantorku hanya rumah dan kantor
saja, untuk clubbing aku tidak pernah memasuki dunia itu dan aku tidak suka
dengan dunia itu. Apakah aku ikut pengajian saja, mana tahu ada jodohku di
sana. Tak terasa aku sudah sampai di depan hotel tempat temu janji dengan klien
perusahaan aku, aku harus melupakan sejenak persoalan pribadi, harus
professional dalam pekerjaan itu prinsipku.
***
Sudah sepekan pertanyaan ibu tidak bisa aku
jawab, persoalan jodoh bukannya aku tidak mau tapi karena alasan yang mungkin
menurut orang lain hanya di buat – buat. Banyak orang yang ditinggal Ayah
mereka dan menjadi tulang punggun keluarga masih sempat untuk mencari jodoh
mereka. Ada juga yang mengatakan zaman sekarang tidak usaha malu sudah biasa
perigi mencari timba. Itu adalah perumpanan di daerahku yang mengatakan untuk
perempuan yang mencari pasangan bukan malah sebaliknya. Bukan aku tidak mau
tapi sekarang dengan posisi seperti sekarang ini, untuk laki – laki dibawah
level ku pasti akan berfikir macam – macam untuk meminangku, semenatara untuk
laki – laki yang berada diatas levelku pasti mereka sudah mempunyai istri dan
anak.
Akhir dengan terpaksa aku mengikuti
perjodohan yang lagi tren sekarang ini, mendaftar pada salah satu biro jodoh
dan menunggurpaksa aku mengikuti perjodohan yang lagi tren sekarang ini,
mendaftar pada salah satu biro jodoh dan menunggu kabar dari biro jodah jika
ada yang ingin kencan buta denganku. Hidupku bagaiman novel – novel akan
sekarang yang mencari jodoh dengan perantara biro jodoh. Aku tersenyum miris
menangisi hidupku. Dulu aku menangis karena harus mandiri dan jadi kepala
keluarga karena di tinggal Ayah karena pulang ke sang yang Khalid, sekarang aku
menangis karena harus mencari jodoh karena ingin membahagiakan Ibu.
Sudah 3 bulan berlalu, aku sudah melupakan
bahwa aku pernah minta dicarikan jodoh oleh biro jodoh, satu pesan di chat
wharsapp sekitar jam 10 pagi aku terima. Foto seorang pria yang mengaku tinggi
badanya 175 cm dengan berat badan ideal serta kulit sawo matang ingin
berkenalan denganku. Aku hanya tersenyum, benar nggak sich tingginya 175 kalau
Cuma foto pasti bisa ngaku – ngaku tinggi tapi kenyataannya belum tentu. Aku
hanya membacanya saja, masih jam kantor aku tidak mau di ganggu dengan urusan
pribadi. Fikirku.
Pukul 12.15
masuk lagi chat dari nomor yang sama, “ aku tahu anda sudah membaca chat
saya, mungkin anda sibuk sehingga tidak membalasnya.” Bunyi chat dari yang
mengaku bernama Indra. “ Jika anda sudi, maukah anda makan siang dengan saya
hari ini.” Aku tidak menyangka aku akan menerima chat lagi dari Indra yang
katanya mendapatkan infomasi tentang diriku dari biro jodoh yang sama tempat
dia juga meminta jasa yang sama denganku untuk dicarikan pasangan hidup.
“ Maaf, aku lagi makan siang sekarang ini.
Bagaiman kita mencari waktu yang tepat untuk bertemu.” Balasku kepada Indra.
“ Maaf kalau kesannya aku memaksa, ok aku
tunggu info dari anda kapan kita bisa bertemu.” Aku tersenyum memandang chat
balasan dari Indra.
Aku memandang laptop yang berada di depanku,
bukan makanan seperti yang aku jawab pada chat yang aku tulis kepada Indra.
Mengambil handphone mencari nomor biro jodoh,
dan menghubunginya. Aku hanya mau memastikan apakah benar ada seseorang yang
bernama Indra yang ingin berkenalan denganku.
“ Halo, ada yang bisa kami bantu? Suara dari
orang biro jodoh menyambut telephon dariku.
“ Saya Cahaya, hanya ingin memastikan saja.
ada seseorang dengan indentitas seperti yang di kirim Indra kepadaku benar
ingin berkenalan denganku.” Suara lembut di seberang sana menjawab pertanyaanku
dengan mengatakan, Nona tidak mengecek email dari kami, kami sudah mengirim
info ini 2 minggu yang lalu.
“ Maaf saya lupa mengecek email saya kataku
sambil berterima kasih dengan menutup panggilan telephone.
Aku membuka email dari biro jodoh dan melihat
ada pemberitahuan tentang kencan yang seharusnya sudah aku balas 2 minggu yang
lalu, tapi aku tidak melakukanya.
Mungkin ini jodoh pikirku, karena seharusnya
yang namanya Indra tidak perlu menunggu atau malah mewashsapp aku secara
pribadi karena menurut ketentuan wakut untuk kami kencan buta sudah berakhir.(bersambung)
***
Mantap. Lanjutkan.
BalasHapusTerima kasih pak
Hapus