Rabu, 04 November 2020

Dengarkan Kata Kita!


Hore kita naik kelas, aku dan kedua temanku senang sekali kami dinyatakan naik kelas walaupun pada sama pandemic perjuangan kami tidak sebanding dengan hasil yang kami peroleh. Itu 5 bulan yang lalu. Minggu kemaren seharusnya kami sudah menerima hasil dari PTS kami untuk 3 bulan pertama di kelas XII ini. Wali kelas yang sudah kami dengar namanya dari di kelas XI kemaren. Bu Cahaya Permata Bunda namanya, cerewet minta ampun itu kata kakak kelas info sederhana yang sangat membantu kami mengenalnya.

Aku Putri Alisyah anak jawa yang lahir dikarimun, dan kedua orang teman ku Yonahan yang keturunan Batak serta Dewi keturunan China. Ya kami di Karimun multi suku, tapi kami tak pernah mempermasalahkannya. Dari kelas X aku dan kedua sahabatku sudah berjanji untuk menjadi sahabat walaupun kami bukan dari SMP yang sama. Aku merasa perlu menjalin persabahan baru setelah Sahabat SMP ku tidak lagi memilih sekolah yang sama di SMA ini.

Sahabat SMP ku ada yang masuk SMK dan MA dan ada juga yang tidak melanjutkan sekolah karena kekurangan biaya. Aku dan kedua temanku Yohana dan Dewi walaupun pada SMA yang sama tapi rumah kami bisa dikatakan tidak berdekatan. Jarak rumah kami kurang lebih 1 kilo dari sekolah satu di barat satu di timur dan yang satunya lagi di Selatan.

Kami hanya bertemu jika ada guru yang minta kerja kelompok maka kami akan menjadi kelompok yang solid. Aku menyukai pelajaran sosiologi, sementara Yohana menyukai Bahasa Inggris dan Dewi karena keturanan cinta pencinta Ekonomi. Kami saling melengkapi. Untuk beberapa bulan ini kami terpaksa belajar dari rumah masing – masing karena pandemic yang melanda dunia.

Aku masih ingat chat bersama Yohana dan Dewi, ketika kami sudah menerima rapot dan ternyata kami satu kelas lagi. “ Putri kira – kira siapa wali kelas kita nanti, jika satu kelas kita masih satu kelompok jika ada tugas kelompok ya,” itu chat Yohana. Dewi hanya mengiyakan saja. Kami sudah membuat grup whatsapp untuk mudahkan maki bercerita berbagi masalah baik dari urusan sekolah maupun urusan anak remaja jamannya kami (hiihihihi…..)

“ Mudah – mudahan kita dapat wali kelas yang asyik ya “ Dewi menuliskan chatnya, aku hanya memberikan emoticon tanda tangan lagi berdoa. Sedangkan Yohana menjawab dengan kalimat Amin.

“Astaga ternyata wali kelas kita Ibu Cahaya Permata Bunda, namanya saja sudah aneh bagaimana dengan orangnya kami serentak menuliskan chat  itu ketika hari pertama kali kami melihat nama grup whatsapp kelas XII IPS yang menjadi adminnya adalah wali kelas kami di kelas XII IPS. Aku, Yohana serta Dewi lagi chat di grup kami menunggu kami masuk dikelas mana?

Sewkatu daftar ulang kesekolah kami sudah diberitahukan bahwa nama kami akan dimasukkan oleh wali kelas baru dan berada dikelas mana. Ternyata bu Cahaya menjadi wali kelas kami. Guru Ekonomi yang selalu cerewet dengan dispilin. Aku masih ingat sewaktu kelas XI IPS Ibu Cahaya menjadi salah satu guru pikit, pernah satu kali aku terlambat datang kesekolah. Habis aku diceramahi oleh bu Cahaya, “ Apakah anak – anak pernah memikirkan jika kalian adalah perusahaan yang mementingkan ketepatan waktu dalam menjalankan usahanya, apakah tidak akan rugi perusahaan kalian. Siapa diantara kalian yang jurusan IPS tanya bu Cahaya? Mau tidak mau kami yang jurusan IPS menunjuk tangan. Astafirullah hampir semua yang terlambat adalah anak IPS kata bu Cahaya lagi.

“ Kalian benar – benar tidak menerapkan prinsip ekonomi dalam kehidupan kalian, “ kata bu Cahaya. Kami saling berpandagan tidak mengerti dengan maksud bu Cahaya. Siapa diantara kalian yang bisa menyebutkan salah satu ciri dari motif ekonomi. Walaupun suaranya tidak besar tapi ada karisma dalam suaranya sehingga kami yang terlambat semua menundukkan kepala tak berani melihat bu Cahaya.

“ Salah satu ciri prinsip ekonomi adalah memperhitungkan untung dan rugi dari tindakan yang kita lakukan. Apakah kalian tidak merasa rugi dengan datang terlambat. Coba bayangkan dengan datang terlambat kalian akan diproses oleh guru piket sebelum dibenarkan untuk masuk ke dalam kelas dan mengikuti proses pembelajaran. Itu memakan waktu 1 jam pelajaran, bagaimana jika ada ulangan apakan kalian bisa mengerjakan soal – soal dengan waktu yang tentunya tidak diperpanjang oleh guru mata pelajaran. Di dalam hati aku mengerutu, uh pagi – pagi sudah disuguhi dengan ceramah yang membuat teliga dan kepala ini pusing kataku di dalam hati.

 Aku,melihat wajah teman - temanku yang kecewa karena tidak mendengarkan kata bu Cahaya, nasi sudah jadi bubur ternyata apa yang dikatakan bu cahaya benar. Tindakan yang tidak benar dari penggunaan pulsa untuk belajar tapi untuk game akhirnya kami yang merasakan akibatnya. Temanku taufik harus menerima ada 12 mata pelajaran yang nilainya di bawah KKM, belum lagi menerima omelan orang tuanya pastikan terjadi. 

Mungkin inilah saatnya aku dan teman - temanku harus move on memikirkan bagaimana masa depan kami, jika tidak kami yang mikirkannya siapa lagi. Akhirnya aku harus mengucapkan terima kasih dalam hati kepada Bu Cahaya atas semua nasehatnya bahwa segala sesuatu yang kita lakukan harus mempunyai manfaat, jika tidak bisa untuk orang lain paling tidak manfaatnya bisa untuk diri kita sendiri. 

Bu, putri dan teman - teman berjanji, kami tidak mau dibilang lulusan Covid yang tidak punya keterampilan. Doakan kami selalu bisa seperti yang diinginkan oleh orang tua dan Ibu Cahaya tentunya, melangkah menuju masa depan yang cerah.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Gapai Cita dalam (Duka) Cinta

  Adik Abah yang dulu tinggal bersama kami sudah lebih sepuluh tahun merantau sejak menamatkan sekolah menegah atas hari ini duduk di ruang ...