Kamis, 20 Januari 2022

Another Love (2)


 Sudah beberapa hari ini Ayu, tidak masuk sekolah tidak seperti biasanya. Ayu Diah salah satu siswa dikelas XII IPS yang aku ajar, pertama kali masuk ke kelas ini sungguh suasana yang luar biasa ributnya. Ayu tidak berada diantara mereka yang ribut, gadis beranjak remaja ini selalu terdiam cendrung menyendiri. Sebagai seorang guru aku terpancing untuk mengubah dirinya yang penyendiri sehingga mau bersosialisai, dan Alhamdulillah usahaku berhasil setelah dua bulan aku membentuk kerja kelompok untuk menyelesaikan materi akuntansi dengan meminta mereka membuat portofolio dari hasil kerja mereka, dan mempresentasikannya di depan kelas.

Aku terus memikirkan apa yang terjadi dengan Ayu, gadis kecil yang beranjak dewasa sungguh aneh – anek kelakuannya, batinku.

Sekolah sudah bubar dari sejak satu jam tadi, tapi aku dengan beberapa orang guru masih berjibaku menyelesaikan tugas sebagai guru, jangan menunda pekerjaan jika masih bisa dikerjakan hari ini itu selalu yang menjadi motivasiku dalam bekerja.

Gawaiku bergetar, pasti istri tercinta sudah menelopon, batinku sambil mencapai gawai yang aku letakkan di samping buku latihan siswa yang sejak tadi menghabiskan perhatianku, menggangkatnya melihat kearah layarnya, dahiku berkerut nomor siapa ini, tidak biasanya ada nomor tidak bernama di gawaiku, kubiarkan saja sampai jenuh gawai itu berhenti sendiri.

Sampai di rumahpun, nomor tidak bernama masih saja menganggu ketenanganku bersama istri tercinta.

“Bang, diangkat suaranya menganggu teliga.” Untuk kesekian kali istriku meminta aku mengangkat gawai yang terus saja berbunyi.

“Assalamualikum, benar ini Pak Syarul, maaf menganggu.” Aku mengkerutkan kening mendengar suara yang tidak biasa aku dengar

“Ini dengan siapa Pak.” Ucapku dengan heran yang melanda di dada.

“Saya orangtua Ayu Diah Pak, mohon bantuan Bapak.” Ucap suara diseberang sana dengan nada sedih

“Apa yang bisa Saya bantu Pak.” Ucapku lagi

“Diah kecelakaan, dia depresi tidak mau bicara hanya nama Bapak saja yang disebutnya sambil menangis, tolong kami Pak.” Pernyataan diseberang sana membuat aku mengucap istifar di dalam hati.”

“Saya izin istri saya dulu Pak.” Ucapku sambil memandang Istriku Lisa yang masih setia mendampingiku sejak dari telephon aku angkat.

“Bagaiman Lis, boleh Abang ke rumah sakit.” Ucapku

Lembut suara lisa memberikan izin, baru aku menjawab pertanyaan dari seberang sana.

“Insyaallah Pak saya ke rumah sakit.”

“Lisa ikut Abang.” Ajakku kepada istriku

“Memang boleh Bang.” Tanya dengan ragu

“Bolehlah Lisakan istri Abang, bersiaplak kita berangkat ke rumah sakit.” Ucapku sambil berjalan menganti pakain yang layak untuk keluar rumah dan bertemu dengan Ayu di rumah sakit.

***

Aku memandang sayu, melihat anak didikku yang terganggu mentalnya hanya karena aku tanpa sengaja memberikan perhatian kepadanya, tidak ada yang berlebihan, aku hanya melihat ada potensi di dalam dirinya, hanya saja dia terlalu pendiam dan suka menyendiri.

Ternyata konflik antara Ayah dan Ibu membuat dirinya merasa tersisihkan dan sendiri, belum lagi setiap terjadi pertengkaran Ayah akan memukul Ibu dan Ayu sehingga aku merasa apa perhatian yang aku berikan disalah artikannya.

Maafkan Pak Guru nak, bukan cinta antara perempuan dan lelaki yang ingin bapak tunjukkan kepada Ayu, tapi cinta seorang Ayah sebagai orang tua kedua setelah orang tua Ayu dirumah. Tulus kasih sayang seorang pendidik bukan yang lainnya.

Aku hanya bisa ngurut dada serta berbicara dalam hati, ternyata cinta lain yang diharapkan Ayu dariku, tapi aku tidak bisa membalasnya, bagaimana tidak ada istriku Lisa yang sudah memenuhi relung hatiku dengan segenap rasa yang tidak mungkin aku bagi dengan yang lain.

Langkahku dan langkah Lisa meninggalkan rumah sakit, setelah berbicara empat mata dengan Ayu bagaimana rasa yang ada dalam diriku, sekali lagi aku melihat sosok Ayu yang baru pertama kali aku lihat, bahkan sekarang netra itu kosong, aku tidak bisa melihat cahaya walaupun hanya setitik saja.

Ya Allah aku tidak bisa membiarkan harapan semu kepada Ayu, walaupun aku sempat terkejut mendengar penuturannya ingin menjadi yang kedua, tapi aku tidak akan mungkin menyakiti hati istriku Lisa. Aku berjanji kepada Ayu hanya cinta sebagai orang tua yang bisa aku berikan kepadanya.

Langkah kami semakin jauh dari rumah sakint, aku tahu ada rasa yang menganjal di perasaan Lisa istriku tapi itulah istriku dia perempuan yang sangat mengerti diriku, tidak akan bertanya jika aku tidak akan memberitahukannya. Semoga tidak ada cinta yang lain diantara kami, sampai ajal menjemput.***

   

    

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Gapai Cita dalam (Duka) Cinta

  Adik Abah yang dulu tinggal bersama kami sudah lebih sepuluh tahun merantau sejak menamatkan sekolah menegah atas hari ini duduk di ruang ...