Senin, 17 Januari 2022

Seandainya Dia (1)

 

Senja makin kemari, panasnya siang mulai berangsur memudar. Langkahku terus melaju, sesekali aku menghentikan langkah yang mulai melemah, tapi hatiku tidak mau berhenti, memaksa kakiku untuk terus berjalan.

Akhirnya azan magrib menghentikan langkahku, aku mencari suara datangnya azan. Hanya masjid yang menjadi langkah selanjutnya, hanya Dia tempat aku bisa menumpahkan segala keluh kesah, aku sudah tidak kuat lagi.

“Dasar anak tidak tahu diuntung, ayahmu hanya menyusahkanku saja. mau hidup senang dengan menikahinya malah aku susah setelah menikah dengannya. Jadi jangan cari masalah lagi denganku, besok siap – siap untuk menikah dengan Tok Dalang.” Ancaman Ibu tiriku masih terngiang – ngiang di teliga.

Aku berharap tidak ada yang tahu kepergianku tadi siang setelah sholat zhuhur. Untung saja Mak Ngak lupa mengunci pintu setelah mengantarkan makan siangku. Mudah – mudahan Mak Ngah tidak kena masalah, penyakit pelupanya ternyata membawa keberuntungan kepadaku.

***

Sholat isya’ sudah berlalu, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, masjid sudah sepi. Penjaga masjid sudah dua kali mengingatku untuk meninggalkan masjid, aku harus kemana, batinku sesak memikirkannya.

Aku teringat dengan kata – kata wali kelasku, jika ada masalah datang saja kerumahnya. Ibu Laila sosok keibuan yang selalu mengayomi kami, kelas XII IPS yang selalu menjadi biang kerok tapi dengan kelembutan dan rasa keibuan yang tinggi kami yang baru saja tiga bulan naik kelas sudah berubah total dari sewaktu kami duduk di kelas XI kemarin.

Langkahku melebar menuju rumah Bu Laila, tak terasa lelah dan lapar yang tadi sempat singgah di diriku.

“Assalamualaikum.” Ucapku setelah sampai di depan rumah yang cukup terawatt rapi, walau sederhana tapi rumah ini memberikan kesan nyaman dan sedap di pandang mata.

“Walaikumsallam.” Suara itu yang selalu memberikan rasa nyaman untuk kami semua penghuni XII IPS.

Aku langsung menumbruk badan Bu Laila, untung saja kami tidak terjatuh karena aku langsung memeluknya erat.

“Ada apa Farah.” Terasa sejuk mendengar suaranya saat ini.

Aku bukan menjawab pertanyaannya tapi malah menagis dengan seseguan yang kencang, mengeratkan pelukkan padanya ingin menghilangkan rasa yang menyesakkan dada saat ini.

“Masuk dulu ya.” Ucapnya sambil menyeret langkahku dan langkahnya  menuju ruang tamu.

Kami duduk di sofa ruang tamunya, aku masih memeluk tubuhnya dengan tangis yang tidak berhenti sejak dari datang tadi.

“Farah ceritakan kepada Ibu ada apa?” pintanya lagi, ini sudah yang kesekian kali beliau memintaku untuk berhenti menangis dan bercerita kepadanya apa yang terjadi.

Jam dinding berbunyi sebanyak sebelas kali, akhirnya aku menghentikan tangis dan mulai bercerita masalahku kepada Ibu Laila.

“Untuk sementara Farah tidur dulu dikamar itu. besok kita bicara lagi.” ucapnya sambil menunjuk kamar untuk aku tempati.

Aku melihat langkah Bu Laila yang berjalan menuju pintu ruang tamu, menguncinya .

“Kok belum masuk kamar.” Ucapnya membuatku tersenyum malu, karena aku belum beranjak dari sofa tempat duduk kami tadi.

Akhirnya kami beriringan menuju kamar yang ditunjuknya, setelah aku masuk kekamar beliau meninggalkanku, mungkin menuju kamar tempat tidurnya berada.

Aku memandang sekeliling, kamar dengan lebar tidak terlalu besar ada kamar bujangan, satu lemari baju dan meja belajar, dan ada kamar mandi dalamnya.

“Farah, pakai baju ini buat tidur.” Aku terkejut ketika Bu Laila masuk dan memberikan baju untuk aku pakai malam ini.

“Ini kamar adikku yang bungsu, sekarang di kuliah di Pekan Baru.” Ucapnya memberitahu kepadaku.

“Tidurlah cepat, biar bisa bangun disepertiga malam untuk berhajat, pasti akan menenangkan.” Ucapnya bijak sebelum meninggalkanku.

Aku berjalan menuju kamar mandi, mencuci muka dan mengelap badan serta menganti baju dengan pakaian yang diberi Bu Laila. (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Gapai Cita dalam (Duka) Cinta

  Adik Abah yang dulu tinggal bersama kami sudah lebih sepuluh tahun merantau sejak menamatkan sekolah menegah atas hari ini duduk di ruang ...