Minggu, 16 Agustus 2020

Kereta Api Dalam Kenangan

30 tahun sudah berlalu, pengalaman pertama naik kereta api. Pasti tahu Kereta apikan? Kami anak - anak kepulauan mungkin tahu yang namanya kereta api, yang pasti tidak pernah naik kereta api jika tidak pernah kedaerah Jawa. Dalam bayangan kami kereta api tentu bentuknya panjang dan berwarna hitam seperti yang ditonton dalam film - film Malayu yang banyak ditayangkan di acara TV Negera Jiran seperti Malaysia dan Singapura.

Maaf bukan sombong, tapi bagi kami anak - anak kepulauan masa kecil kami lebih banyak diisi dengan tontonan dari TV Malaysia dan Singapura sehingga kami lebih kenal dengan bintang film Malaysia daripada bintang film Indonesia pada masa itu. Sebut saja P. Ramlee, J. Samsudin, Aziz Satar, Saloma, dan banyak lagi.

Saya masih ingat bagaimana kami mengambarkan kereta api dari menonton film - film Malaysia, mungkin karena filmnya waktu itu film hitam putih , sehingga kereta api yang dapat kami lihat adalah berwarna hitam dan panjang.

Akhirnya saya bisa melihat kereta api yang sesunguhnya pada 30 puluh tahun yang lalu, ketika melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Seperti lagu Katon Bagaskara datang kekotamu ada setangkup rasa rindu, ya rasa rindu. Rindu itu datang setelah tadi malam menoton film yang ada kereta apinya, duduk diantara lorong kereta karena tidak dapat tempat duduknya. Itulah resiko jika naik kereta api ekonomi harus mau berebut tempat duduk jika lagi penuh penumpangnya. Itu terjadi jika pulang pada masa - masa liburan Lebaran.

Kereta api, ya kereta api dari yang kelas ekonomi sampai kelas Eksekutif pernah menaikinya dengan cerita yang berbeda - beda. Naik yang ekonomi penuh dengan jualan serba murah tapi menawarkan cita rasa yang mungkin baru pertama di rasa. Berbeda dengan kelas Eksekutif duduk dengan penumpang yang baunya harum serta elegan, tidak ada yang namanya pengamen serta penjaja kaki lima yang bisa masuk sembarang seperti naik kereta api ekonomi.

Orang yang memenuhi peron untuk antri membeli tiket kereta, jika tidak mau antri silakan beli dengan calo tiket. Tapi bagi kami anak rantau daripada beli tiket dengan calo lebih baik kami mengantri. Ngantri dari subuh hanya untuk mendapatkan tiket dengan nomor kursi, jika tidak harus duduk dilorong gerobong atau duduk di depan toilet dalam kereta api.

Menaiki kereta ekonomi ada asyiknya setiap stasion pasti berhenti untuk mengambil penumpang, disini seninya penjualan makanan akan masuk menawarkan jajanannya belum lagi pengamen dengan suara yang merdu melebih artis tapi karena nasib belum mempertemukan mereka dengan prosuder maka suara merdu mereka hanya didengar oleh kami yang menaiki kereta saja.

Ada telur asin yang tidak asin rasanya sehingga enak jika digado saja, saya lupa istilah gado sama dengan dimakan tapi menggunakan nasi alis di ratah kata orang melayu. Ada taho pong yang diberi cabe, wingko babat, dodol, dan buah - buahan yang sudah dipotong dan banyak lagi jajan khas jawa yang pada waktu itu tidak ada di Karimun. Tapi sekarang jajan khas jawa sudah banyak dijual di Karimun, sehingga jika rindu tinggal membeli dan memakannya.

Hanya kereta api yang belum ada di Karimun. Semuanya memberikan kenangan tersendiri, ada cinta disana. Perkenalan yang tidak disengaja mungkin menjadi certia tersendiri bagi yang pernah menaikinya. Kereta api menjadi kenangan yang sekarang jika mengingatnya hanya membuat diri tersenyum dalam hati. Kereta api kapan saya bisa menaikinya kembali. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Gapai Cita dalam Cinta

Bel panjang berbunyi, aku bergegas melangkah menuju parkiran terlambat sedikit saja pasti banyak ruginya. "Assalamualaikum." Gema ...