Minggu, 02 Agustus 2020

Kali ini Kami Panen Pisang Kepok


Mungkin semua tahu pisang, nah ini namanya pisang kepok ditempat saya. Pisang yang paling enak untuk di goreng dari jenis pisang yang lainnya menurut saya. Sejak dari kecil pisang ini yang selalu menjadi suguhan buat sarapan maupun dimakan pada sore hari.

Alhamdulillah akhirnya pisang ini menjadi milik kami sekeluarga, anehkan? Tentu pembaca merasa bingung mengapa saya berkata demikin, tapi itulah kenyataannya. Beberapa waktu kebelakangan ini, banyak berkeliaran maling buah di daerah tempat kami tinggal. Ada saja hasil tanaman atau hasil kebun warga yang seharusnya bisa dipanen untuk dinikmati bersama keluarga atau menjadi penambah penghasilan keluarga hilang entah kemana?

Ini juga terjadi untuk pisang kepok yang menjadi milik kami sekeluarga, ada lahan yang berlebihan disekitar rumah yang dimanfaatkan untuk menanam sedikit pohon pisang. Ada pohon pisang masak hijau atau ada yang menyebutnya pisang ambon. Dan satunya lagi adalah pohon pisang kapok yang kami miliki.

Sudah beberapa kali pisang kami hilang, sebelum hilang pasti ada orang yang menawarkan pisang kami dijual kepadanya. Tapi karena pisang di taman untuk konsumsi sendiri, akhirnya penanya tadi pulang dengan tangan kosong. Wal hasil beberapa hari kemudian pisang hilang dari pohonya.

Untuk kali ini, kami sangat menjaga pohon pisang kepok yang kami lihat sudah mulai besar buahnya. Sudah hampir 1 bulan ini, saya mengingatkan suami dan anak untuk sering – sering melihat pisang ini. Kami tidak mau seperti buah pisang yang sebelumnya. Hanya tinggal panen, tapi bukan kami yang memanenya. Saya masih ingat, waktu itu beberapa hari sebelum pisang kami hilang sudah ada dua orang yang tidak di kenal mengendarai motor tiba – tiba berhenti di depan rumah. “ Ibu pisangnya mau dijual? Sapanya sambil bertanyakan apakah pisangnya mau dijual. Aku merasa heran dan langsung menjawab. “ Maaf pisangya tidak dijual, mau buat makan sendiri.”. Mendengar jawaban dari saya kedua orang tadi langsung pergi.

Kejadian ini saya ceritakan kepada suami, “ Pa, ada yang menawar pisang kepok kita. Berarti pisangnya sudah tua”. Saya mengingatkan suami untuk memanen pisang kami. Tapi suamiku berkata masih seminggu lagi belum ada yang kuning. Untuk melihat pisang sudah tua apa belum biasanya kami menentukan dengan 1 atau 2 buah pisang yang menguning warnanya.

Seminggu kemudian saya mengingatkan suami untuk melihat pisang kami, tapi apa yang terjadi yang ada hanya pohonya saja. Pisangnya sudah dipanen oleh orang, biasanya pisang di panen dengan menebang pohonya tapi kali ini pisang kami dipanen dengan memotong panggkal tandan pisang. Ternyata pisang itu belum rezeki kami.

Yang mananya ibu – ibu, pas di sekolah saya mencerita kisah hilangnya pisang kami. Akhirnya dapatlah informasi, ternyata sekarang lagi ada tren baru pencuri buah. Akan ada dua orang yang datang menanyakan apakah buah – buahan yang kita miliki mau dijual atau tidak? Maka harus berhati – hati dengan buah – buahan yang sudah tua, jika kita lengah tentu buah – buahan tadi tidak akan jadi kita panen tapi dipanen oleh orang lain.

Akhirnya pisang ini kami yang panen sehari sebelum lebaran Idul Adha, sore minggu menjadi rezeki kami untuk memakan goreng pisang, terima kasih ya Allah atas rezeki yang menjadi hak kami. (AZ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Membuka Minda dengan Mengikuti Sinkronisasi Pemetaan Pendidik

 Undangan dari chat WA dari Ka. TU Ibu Melda Ponggoh untuk mengikuti sinkronisasi Perhitungan dan Pemetaan Pendidik pada Jenjang Menengah da...