Mungkin semua tahu pisang, nah ini namanya
pisang kepok ditempat saya. Pisang yang paling enak untuk di goreng dari jenis
pisang yang lainnya menurut saya. Sejak dari kecil pisang ini yang selalu
menjadi suguhan buat sarapan maupun dimakan pada sore hari.
Alhamdulillah akhirnya pisang ini menjadi
milik kami sekeluarga, anehkan? Tentu pembaca merasa bingung mengapa saya
berkata demikin, tapi itulah kenyataannya. Beberapa waktu kebelakangan ini,
banyak berkeliaran maling buah di daerah tempat kami tinggal. Ada saja hasil
tanaman atau hasil kebun warga yang seharusnya bisa dipanen untuk dinikmati
bersama keluarga atau menjadi penambah penghasilan keluarga hilang entah
kemana?
Ini juga terjadi untuk pisang kepok yang
menjadi milik kami sekeluarga, ada lahan yang berlebihan disekitar rumah yang
dimanfaatkan untuk menanam sedikit pohon pisang. Ada pohon pisang masak hijau
atau ada yang menyebutnya pisang ambon. Dan satunya lagi adalah pohon pisang
kapok yang kami miliki.
Sudah beberapa kali pisang kami hilang,
sebelum hilang pasti ada orang yang menawarkan pisang kami dijual kepadanya.
Tapi karena pisang di taman untuk konsumsi sendiri, akhirnya penanya tadi
pulang dengan tangan kosong. Wal hasil beberapa hari kemudian pisang hilang
dari pohonya.
Untuk kali ini, kami sangat menjaga pohon
pisang kepok yang kami lihat sudah mulai besar buahnya. Sudah hampir 1 bulan
ini, saya mengingatkan suami dan anak untuk sering – sering melihat pisang ini.
Kami tidak mau seperti buah pisang yang sebelumnya. Hanya tinggal panen, tapi
bukan kami yang memanenya. Saya masih ingat, waktu itu beberapa hari sebelum
pisang kami hilang sudah ada dua orang yang tidak di kenal mengendarai motor tiba
– tiba berhenti di depan rumah. “ Ibu pisangnya mau dijual? Sapanya sambil
bertanyakan apakah pisangnya mau dijual. Aku merasa heran dan langsung
menjawab. “ Maaf pisangya tidak dijual, mau buat makan sendiri.”. Mendengar
jawaban dari saya kedua orang tadi langsung pergi.
Kejadian ini saya ceritakan kepada suami, “
Pa, ada yang menawar pisang kepok kita. Berarti pisangnya sudah tua”. Saya
mengingatkan suami untuk memanen pisang kami. Tapi suamiku berkata masih
seminggu lagi belum ada yang kuning. Untuk melihat pisang sudah tua apa belum
biasanya kami menentukan dengan 1 atau 2 buah pisang yang menguning warnanya.
Seminggu kemudian saya mengingatkan suami
untuk melihat pisang kami, tapi apa yang terjadi yang ada hanya pohonya saja.
Pisangnya sudah dipanen oleh orang, biasanya pisang di panen dengan menebang
pohonya tapi kali ini pisang kami dipanen dengan memotong panggkal tandan
pisang. Ternyata pisang itu belum rezeki kami.
Yang mananya ibu – ibu, pas di sekolah saya
mencerita kisah hilangnya pisang kami. Akhirnya dapatlah informasi, ternyata
sekarang lagi ada tren baru pencuri buah. Akan ada dua orang yang datang
menanyakan apakah buah – buahan yang kita miliki mau dijual atau tidak? Maka
harus berhati – hati dengan buah – buahan yang sudah tua, jika kita lengah
tentu buah – buahan tadi tidak akan jadi kita panen tapi dipanen oleh orang
lain.
Akhirnya pisang ini kami yang panen sehari
sebelum lebaran Idul Adha, sore minggu menjadi rezeki kami untuk memakan goreng
pisang, terima kasih ya Allah atas rezeki yang menjadi hak kami. (AZ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar