Kamis, 13 Agustus 2020

Gerimis Hatiku Menangis

Kamis, 13 Agustus 2020 pagi ini hujan sudah turun dari pukul 06.45 membasahi bumi berazam Karimun. Setelah seminggu ini, kabar Covid - 19 memanas lagi di Karimun. Berita ini di sana sini tidak dapat di kontrol lag i. Beberapa teman guru yang setiap hari libur tentunya hari Minggu yang pergi kepantai atau  tempat rekrasi yang ada di Kabupaten Karimun diserbu tentu saja mendapat pertanyaan hebat. Bagaimana tidak beredar berita dari koran setempat bahwa salah satu tempat rekreasi setempat yakni kolam tamaran pada hari minggu kemaren tanggal 9 Agustus 2020 di datangi oleh dua orang yang sudah di ingatkan untuk Isolasi mandiri karena kedua orang tersebut sudah terpapar dengan Covid -19. 

Semua membicarakan hal ini, semua saling mengingatkan jangan sampai Covid - 19 merusak kesehatan kami semua. Semua pada perhatian dengan Covid -19 tapi kami wali kelas menangis. Tanggal 10 Juli 2020 sesuai dengan SK kepala sekolah beberapa guru mendapatakn tugas tambahan sebagai wali kelas pada menangis.

Kami, wali kelas yang khususnya seperti saya tidak mengajar pada kelas sebelumnya tentu belum mengenal siswa - siswa yang berada pada kelas saya sekarang ini. Mencari informasi tentu sudah dilakukan, tapi keterbatasan informasi ini yang menjadi masalah. 

Proses belajar mengajar sudah berlangsung selama 4 minggu, tentu saja sudah ada beberapa tugas yang merekap kehadiran dan memberikan nilai, inilah yang membuat kami wali kelas menangis. Entah karena Covid -19 atau apa? beberapa siswa tidak hadir baik melalui daring maupun luring. Setelah mencari informasi dari wali kelas sebelumnya ternyata anak yang bersangkutan pada kelas terdahulu tidak seperti ini. 

Belum lagi, jika siswa yang bersangkutan setelah dihubungi melalui no telphone yang sudah ada pada wali kelas sebelumnya ternyata tidak aktif. Terpaksalah kami home visit, pengalaman yang tidak mengenakkan terjadi. Masuk gang kecil yang ternyata dihujungnya jalan mati, mau diputar motornya tidak bisa, akhirnya terpaksa motor berjalan mundur.

Surat panggilan yang seharusnya di layangkan kepada orangtua siswa melalui siswa yang berdekatan rumahnya bisa dari siswa dari kelas yang sama maupun dari kelas yang berbeda juga tidak bisa. Belum lagi grup WhatsApp paguyuban orangtua yang nomor sudah tidak aktif lagi. Covid - 19 membuat wali kelas menanggis.

Daring membuat siswa merasa tidak perlu sekolah tapi mereka pergi keluar daerah, ini juga menjadi masalah buat wali kelas Banyak alasan yang sebenarnya membuat dunia pendidikan menjadi terpuruk. siswa yang merasa tidak perlu pergi kesekolah, akhirnya pergi keluar kota. Siapa yang mau disalahkan, gurukah? siswakah? atau orangtuakah? tak ada jawaban yang bisa diberikan.

Hari ini, saya sebagai wali kelas menangis. Beberapa siswa saya absen kehadiranya, masih bolong - bolong alias ada istilah Alpa kehadiranya. Bisa saja karena tidak ada pulsa, bisa juga karena belum bangun tidur, atau entahlah karena apa? Covid - 19 masih menyisakan sejuta tanya untuk dunia pendidikan. Kesekolah mereka tidak dibenarkan tapi masih saja mereka berkeliaran di jam belajar karena orang tua mereka bekerja di luar. Covid - 19 cepatlah berlalu, sehingga guru dan siswa bisa bertemu. Kami walikelas tak perlu menangis karena galau akan mereka siswa - siswa kami yang bermasalah.(AZ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Gapai Cita dalam Cinta

Bel panjang berbunyi, aku bergegas melangkah menuju parkiran terlambat sedikit saja pasti banyak ruginya. "Assalamualaikum." Gema ...