Minggu, 07 Juni 2020

KELUARGA SAKINAH YANG KUTAHU DAN YANG KUMAU


Sering sekali kita mendengar ucapan mawaddah ya, terutama bagi teman – teman yang akan atau sedang melangsungkan pernikahan. Apakah kita mengucapkannya karena sering mendengarnya dari orang lain ataukah karena kita benar–benar memahami maknanya, wallohi a’lam. Sayapun tidak tahu. Yang saya tahu bahwa kata yang dipasangkan dengan mawaddah warahmah itu sudah tidak asing di telinga.

Keluarga sakinah, mawaddah, warahmah adalah istilah sekaligus doa yang sering kali dipanjatkan dan diharapkan oleh semua umat muslim yang telah menikah dan maupun yang sudah membina rumah tangga. Keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah tentunya bukan hanya sekadar semboyan belaka dalam ajaran Islam. Hal ini menjadi tujuan dari pernikahan sekaligus nikmat yang Allah berikan bagi mereka yang mampu membina keluarganya.
Seperti apakah keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah itu? Dan apa karaktersitik keluarga sakinah tersebut menjadi keluarga yang pernuh cinta, berkah dan rahmat-Nya?
Ada beberapa paparan yang menggambarkanya dan bisa menjadi tuntunan kita dalam membina rumah tangga :
Ø   Makna Keluarga yang Sakinah
Sakinah berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah ketenangan, ketentraman, aman atau damai. Lawan kata dari ketentraman atau ketenangan adalah keguncangan, keresahan, kehancuran. Sebagaimana arti kata tersebut, keluarga sakinah berarti keluarga yang didalamnya mengandung ketenangan, ketentraman, keamanan, dan kedamaian antar anggota keluarganya.
Dengan adanya ketenangan, ketentraman, rasa aman, kedamaian maka keguncangan di dalam keluarga tidak akan terjadi. Masing-masing anggota keluarga dapat memikirkan pemecahan masalah secara jernih dan menyentuh intinya. Tanpa ketenangan maka sulit masing-masing bisa berpikir dengan jernih, dan mau bermusyawarah, yang ada justru perdebatan, dan perkelahian yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Konflik dalam keluarga akan mudah terjadi tanpa adanya sakinah dalam keluarga.
Ø   Makna Keluarga yang Mawaddah
Mawaddah berasal pula dari bahasa Arab yang artinya adalah perasaan kasih sayang, cinta yang membara, dan menggebu. Mawaddah ini khususnya digunakan untuk istilah perasaan cinta yang menggebu pada pasangannya. Dalam Islam, mawaddah ini adalah fitrah yang pasti dimiliki oleh manusia. Muncul perasan cinta yang menggebu ini karena hal-hal yang sebabnya bisa dari aspek kecantikan atau ketampanan pasangannya, moralitas, kedudukan dan hal-hal lain yang melekat pada pasangannya atau manusia ciptaan Allah. 
Ø   Makna Keluarga yang Rahmah
Kata Rahmah juga berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah ampunan, rahmat, rezeki, dan karunia. Rahmah terbesar tentu berasal dari Allah SWT yang diberikan pada keluarga yang terjaga rasa cinta, kasih sayang, dan juga kepercayaan. Keluarga yang rahmah tidak mungkin muncul hanya sekejap melainkan muncul karena proses adanya saling membutuhkan, saling menutupi kekurangan, saling memahami, dan memberikan pengertian.
Rahmah atau karunia dan rezeki dalam keluarga adalah karena proses dan kesabaran suami istri dalam membina rumah tangganya, serta melewati pengorbanan juga kekuatan jiwa. Dengan prosesnya yang penuh kesabaran, karunia itu pun juga akan diberikan oleh Allah sebagai bentuk cinta tertinggi dalam keluarga.
Keluarga Sakinah Mawadah Yang Kumau
Defense keluarga yang aku tahu menurut Kamus Bahasa Indonesia  adalah unit terkecil dalam sebuah masyarakat. Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak–anak. Keluarga bukan hanya sekadar hubungan formal antara suami, istri, dan anak-anak namun juga memiliki fungsi dan tugas tersendiri dalam masyarakat. Fungsi suami bukan hanya sekadar memberikan nafkah dalam bentuk materi saja yang sering kita lihat berupa rumah, kendaraan bahkan ada yang menyebutkan dengan rekreaasi keluarga negeri juga merupakan tanggung jawab yang harus dipikul oleh seorang suami. Menurutku suami yang baik dapat memberikan teladan dalam segala tindakan bukan hanya membenarkan kata istri karena takut istri akan marah dan tidak menjalankan kewajibannya sebagai isteri.
Bagi seorang isteri, suami bukanlah tumpuan hidup sehigga semuanya menjadi tanggung jawab suami. Sehingga jika terjadi sesuatu terjadi kepada sang suami, maka berakhirlah hidup sang isteri.
Tanggung jawab orang tua terhadap anak–anak bukan hanya karena sayang, sehingga kadang–kadang kita lupa bahwa anak–anak adalah kain putih yang harus kita bentuk sehingga pada masanya tidak menjadi beban yang membuat kita menyesal di hari tua, karena tidak mendidik mereka dengan semestinya.
Seandainya aku bisa sebagai penentu dalam kehidupan ini, maka keluarga sakinah yang aku mau adalah :
1.      Peran Suami
Suami yang sudah siap menjadi seorang imam bagi keluarganya, hendaklah memikirkan apa yang menjadi kebutuhan keluarganya kelak. Bukan hanya materi yang menjadi pedoman semata – mata dalam berumah tangga. Seorang suami sudah harus bisa memikirkan setelah dia berkeluarga banyak perasaan yang harus dijaga. Peran sebagai anak kepada orang tua, peran seorang kakak/adik kepada saudara. Peranan dalam pekerjaan maupun masyarakat akan tidak sama lagi. Beberapa kebiasaan yang mungki sewaktu sendiri mungkin tidak cocok lagi dilakukan setelah berumah tangga.
2.      Peran Istri
Sebagai seorang isteri yang dulu mungkin semuanya selalu disediakan, mungkin kini tidak lagi bisa dilanjutkan. Walaupun sekarang bergelar isteri dengan status bekerja bukan berarti kita akan menjadi penentu dalam berumah tangga. Tidak juga karena sudah bersuami.
Peran suami sebagai anak pada keluarganya maupun suami sebagai ayah kepada anaknya, kita jangan pernah berfikir, sebagai seorang suami semua tanggung jawab sebagai anak kepada orang tua akan berpindah dengan sendirinya kepada isteri karena sudah menikah. Didiklah isteri dan selalu ingat isteri untuk selalu adil kepada kedua belah pihak keluarga. Bukan karena isteri bekerja maka suami dapat berfikir bahwa uang isteri biarlah untuk keluarga. Uang suami untuk keluarga suami saja.
Begitu juga dengan mendidik anak, karena tugas suami biasanya sebagai orang yang mencari nafkah di luar sehingga semua beban mendidik sampai kekurangan materi yang diberikan menjadi beban isteri. Ini keliru.
Seorang perempuan yang selalu terdoktrin bahawa sebagai ibu rumah tangga, maka segala masalah harus dipecahkan sendiri tidaklah benar. Apalagi status isteri sebagai pekerja kantor pula.
Kata–kata ataupun doa SAMAWA bukan hanya untuk didengarkan tapi menjadi panutan dalam membina rumah tangga. Sering–seringlah membaca seperti istilah literasi yang sekarang ini popular di telinga kita. Benar kata pepatah, membaca pelita hati. Maka bacalah hal–hal yang membangun mental kita dan suami menuju arah keluarga sakinah. Memang benar banyak sekali informasi media sosial yang bisa kita baca di WA ataupun FB, tapi bacaan yang sarat mengandung ilmu pengetahuan yang sebenarnya yang kita butuhkan dalam membina rumah tangga adalah bacaan yang baik di sisi agama kita.
Tepuk dada tanya selera, apakah sudah membaca buku pedoman dalam membina rumah tangga seperti yang nenek moyang kita lakukan sebelum membina rumah tangga. Berapa kali dalam satu bulan kita membaca tulisan yang menuju rumah tangga sakinah. Berapa banyak usaha yang kita upayakan dalam menuju rumah tangga sakinah mawadah. Berapa banyak pengalaman hidup yang kita jadikan tauladan dalam membina rumah tangga sakinah mawadah.
Sehingga hari ini aku sendiri yang bergelar isteri masih berusaha menjadi isteri yang baik yang berusaha menjalankan peranannya dalam menuju rumah tangga sakinah mawadah. Karena menurutku dalam menuju rumah tangga sakinah mawadah kita tidak boleh berhenti pada satu titik yang kita anggap bahwa sudah bahagia untuk diri kita sendiri. Tapi tetap berusaha sampai ajal menjemput sehingga kita tidak bisa lagi berusaha karena hanya yang bernyawa yang masih bisa berusuha untuk menjadi yang lebih baik. Semoga semua kira mampu membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah warohmah, amin.

4 komentar:

  1. Semoga allah mengijabah apa yg bunda mau...aamin

    BalasHapus
  2. Amin Yarabbal Alamin semoga kita jadi dapat membangun keluarga yg sakinah mawadah warahmah ya kak. Keren tuliaannya

    BalasHapus

Postingan Terbaru

Pantun Sendiri

 Lama tak mengasah ilmu pantu, semoga berkenan untuk membacanya I. Dilarang keluar waktu magrib Saat magrib tidak boleh berdendang Dud...