Sering sekali kita mendengar ucapan mawaddah ya, terutama bagi teman –
teman yang akan atau sedang melangsungkan pernikahan. Apakah kita
mengucapkannya karena sering mendengarnya dari orang lain ataukah karena kita
benar–benar memahami maknanya, wallohi
a’lam. Sayapun tidak tahu. Yang saya tahu bahwa kata yang dipasangkan
dengan mawaddah warahmah itu sudah
tidak asing di telinga.
Keluarga sakinah, mawaddah, warahmah adalah istilah sekaligus doa
yang sering kali dipanjatkan dan diharapkan oleh semua umat muslim yang telah
menikah dan maupun yang sudah membina rumah tangga. Keluarga sakinah, mawaddah,
dan rahmah tentunya bukan hanya sekadar semboyan belaka dalam ajaran Islam. Hal
ini menjadi tujuan dari pernikahan sekaligus nikmat yang Allah berikan bagi
mereka yang mampu membina keluarganya.
Seperti apakah keluarga sakinah,
mawaddah, dan warahmah itu? Dan apa karaktersitik keluarga sakinah tersebut
menjadi keluarga yang pernuh cinta, berkah dan rahmat-Nya?
Ada beberapa paparan yang menggambarkanya
dan bisa menjadi tuntunan kita dalam membina rumah tangga :
Ø
Makna Keluarga yang Sakinah
Sakinah berasal dari bahasa Arab
yang artinya adalah ketenangan, ketentraman, aman atau damai. Lawan kata dari
ketentraman atau ketenangan adalah keguncangan, keresahan, kehancuran.
Sebagaimana arti kata tersebut, keluarga sakinah berarti keluarga yang
didalamnya mengandung ketenangan, ketentraman, keamanan, dan kedamaian antar
anggota keluarganya.
Dengan adanya ketenangan,
ketentraman, rasa aman, kedamaian maka keguncangan di dalam keluarga tidak akan
terjadi. Masing-masing anggota keluarga dapat memikirkan pemecahan masalah
secara jernih dan menyentuh intinya. Tanpa ketenangan maka sulit masing-masing
bisa berpikir dengan jernih, dan mau bermusyawarah, yang ada justru perdebatan,
dan perkelahian yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Konflik dalam keluarga akan mudah terjadi tanpa adanya sakinah dalam keluarga.
Ø
Makna Keluarga yang Mawaddah
Mawaddah berasal pula dari bahasa
Arab yang artinya adalah perasaan kasih sayang, cinta yang membara, dan
menggebu. Mawaddah ini khususnya digunakan untuk istilah perasaan cinta yang
menggebu pada pasangannya. Dalam Islam, mawaddah ini adalah fitrah yang pasti
dimiliki oleh manusia. Muncul perasan cinta yang menggebu ini karena hal-hal
yang sebabnya bisa dari aspek kecantikan atau ketampanan pasangannya,
moralitas, kedudukan dan hal-hal lain yang melekat pada pasangannya atau
manusia ciptaan Allah.
Ø
Makna Keluarga yang Rahmah
Kata Rahmah juga berasal dari bahasa
Arab yang artinya adalah ampunan, rahmat, rezeki, dan karunia. Rahmah terbesar
tentu berasal dari Allah SWT yang diberikan pada keluarga yang terjaga rasa
cinta, kasih sayang, dan juga kepercayaan. Keluarga yang rahmah tidak mungkin
muncul hanya sekejap melainkan muncul karena proses adanya saling membutuhkan,
saling menutupi kekurangan, saling memahami, dan memberikan pengertian.
Rahmah atau karunia dan rezeki dalam
keluarga adalah karena proses dan kesabaran suami istri dalam membina rumah
tangganya, serta melewati pengorbanan juga kekuatan jiwa. Dengan prosesnya yang
penuh kesabaran, karunia itu pun juga akan diberikan oleh Allah sebagai bentuk
cinta tertinggi dalam keluarga.
Keluarga Sakinah Mawadah Yang Kumau
Defense keluarga yang aku tahu
menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah
unit terkecil dalam sebuah masyarakat. Keluarga yang terdiri dari suami, istri,
anak–anak. Keluarga bukan hanya sekadar hubungan formal antara suami, istri,
dan anak-anak namun juga memiliki fungsi dan tugas tersendiri dalam masyarakat.
Fungsi suami bukan hanya sekadar memberikan nafkah dalam bentuk materi saja
yang sering kita lihat berupa rumah, kendaraan bahkan ada yang menyebutkan
dengan rekreaasi keluarga negeri juga merupakan tanggung jawab yang harus
dipikul oleh seorang suami. Menurutku suami yang baik dapat memberikan teladan
dalam segala tindakan bukan hanya membenarkan kata istri karena takut istri
akan marah dan tidak menjalankan kewajibannya sebagai isteri.
Bagi seorang isteri, suami bukanlah
tumpuan hidup sehigga semuanya menjadi tanggung jawab suami. Sehingga jika
terjadi sesuatu terjadi kepada sang suami, maka berakhirlah hidup sang isteri.
Tanggung jawab orang tua terhadap
anak–anak bukan hanya karena sayang, sehingga kadang–kadang kita lupa bahwa
anak–anak adalah kain putih yang harus kita bentuk sehingga pada masanya tidak
menjadi beban yang membuat kita menyesal di hari tua, karena tidak mendidik
mereka dengan semestinya.
Seandainya aku bisa sebagai penentu
dalam kehidupan ini, maka keluarga sakinah yang aku mau adalah :
1.
Peran Suami
Suami yang sudah siap menjadi
seorang imam bagi keluarganya, hendaklah memikirkan apa yang menjadi kebutuhan
keluarganya kelak. Bukan hanya materi yang menjadi pedoman semata – mata dalam
berumah tangga. Seorang suami sudah harus bisa memikirkan setelah dia
berkeluarga banyak perasaan yang harus dijaga. Peran sebagai anak kepada orang
tua, peran seorang kakak/adik kepada saudara. Peranan dalam pekerjaan maupun
masyarakat akan tidak sama lagi. Beberapa kebiasaan yang mungki sewaktu sendiri
mungkin tidak cocok lagi dilakukan setelah berumah tangga.
2.
Peran Istri
Sebagai seorang isteri yang dulu
mungkin semuanya selalu disediakan, mungkin kini tidak lagi bisa dilanjutkan. Walaupun
sekarang bergelar isteri dengan status bekerja bukan berarti kita akan menjadi
penentu dalam berumah tangga. Tidak juga karena sudah bersuami.
Peran suami sebagai anak pada keluarganya
maupun suami sebagai ayah kepada anaknya, kita jangan pernah berfikir, sebagai
seorang suami semua tanggung jawab sebagai anak kepada orang tua akan berpindah
dengan sendirinya kepada isteri karena sudah menikah. Didiklah isteri dan
selalu ingat isteri untuk selalu adil kepada kedua belah pihak keluarga. Bukan
karena isteri bekerja maka suami dapat berfikir bahwa uang isteri biarlah untuk
keluarga. Uang suami untuk keluarga suami saja.
Begitu juga dengan mendidik anak,
karena tugas suami biasanya sebagai orang yang mencari nafkah di luar sehingga
semua beban mendidik sampai kekurangan materi yang diberikan menjadi beban isteri.
Ini keliru.
Seorang perempuan yang selalu
terdoktrin bahawa sebagai ibu rumah tangga, maka segala masalah harus
dipecahkan sendiri tidaklah benar. Apalagi status isteri sebagai pekerja kantor
pula.
Kata–kata ataupun doa SAMAWA bukan
hanya untuk didengarkan tapi menjadi panutan dalam membina rumah tangga.
Sering–seringlah membaca seperti istilah literasi yang sekarang ini popular di
telinga kita. Benar kata pepatah, membaca pelita hati. Maka bacalah hal–hal
yang membangun mental kita dan suami menuju arah keluarga sakinah. Memang benar
banyak sekali informasi media sosial yang bisa kita baca di WA ataupun FB, tapi
bacaan yang sarat mengandung ilmu pengetahuan yang sebenarnya yang kita
butuhkan dalam membina rumah tangga adalah bacaan yang baik di sisi agama kita.
Tepuk dada tanya selera, apakah
sudah membaca buku pedoman dalam membina rumah tangga seperti yang nenek moyang
kita lakukan sebelum membina rumah tangga. Berapa kali dalam satu bulan kita
membaca tulisan yang menuju rumah tangga sakinah. Berapa banyak usaha yang kita
upayakan dalam menuju rumah tangga sakinah mawadah. Berapa banyak pengalaman
hidup yang kita jadikan tauladan dalam membina rumah tangga sakinah mawadah.
Sehingga hari ini aku sendiri yang
bergelar isteri masih berusaha menjadi isteri yang baik yang berusaha
menjalankan peranannya dalam menuju rumah tangga sakinah mawadah. Karena
menurutku dalam menuju rumah tangga sakinah mawadah kita tidak boleh berhenti
pada satu titik yang kita anggap bahwa sudah bahagia untuk diri kita sendiri.
Tapi tetap berusaha sampai ajal menjemput sehingga kita tidak bisa lagi
berusaha karena hanya yang bernyawa yang masih bisa berusuha untuk menjadi yang
lebih baik. Semoga semua kira mampu membangun rumah tangga yang sakinah,
mawaddah warohmah, amin.
Semoga allah mengijabah apa yg bunda mau...aamin
BalasHapusAmin Yrb, terima kasih doanya sayang.
HapusAmin Yarabbal Alamin semoga kita jadi dapat membangun keluarga yg sakinah mawadah warahmah ya kak. Keren tuliaannya
BalasHapusAmin.
Hapus