Jumat, 26 Juni 2020

Mawar Yang Hilang Harumnya


Rumah itu bukan milikku, di dalamnya ada begitu banyak cerita. Cerita yang menurutku tak lebih dari kisah kelam yang mau aku tinggalkan. Mawar tak seindah dan seharum baunya. Mawar yang seharusnya menjadi pemanis dalam rumah besar itu sekarang bukan Mawar tapi lebihi kepada si inah yang menjadi pembersih rumah saja.

 Aku menikahimu bukan untuk mengkekang hidupku, aku hanya butuh pengurus rumah dan anak – anakku. Begitu kejam, kalimat itu keluar dari mulut laki – laki yang mengaku suamiku. Pagi ini tanpa sengaja aku memarahi anak tertua dari suamiku, tiada niat untuk menyakitinya. Tapi apa yang dilakukannya sudah sangat keterlaluan. “ Lia, apa yang kau lakukan dengan adikmu?” dengan santai Lia menjawab “ Lia memukulnya karena berani menggunakan pena Lia.” Begitu santainya dia menjawab. Aku saja tidak pernah memukul Leo walaupun aku bukan ibu kandung mereka. Leo anak kedua suamiku dari istri pertama yang sudah meninggal dunia ketika melahirkan Leo.

Aku tahu Leo tidak di inginkan suamiku, dia selalu acuh kepada Leo. Anak kecil ini, tumpahan kekesalan suamiku setiap ada masalah. Lia juga menganggap Leo punca dirinya kehilangan ibu. Leo bocah berumur 3 tahun yang selalu mendapatkan perlakuan tidak adil dari ayah dan kakaknya. Tapi hari ini puncak kesabaranku sudah habis, dengan geram aku berkata .” Mas aku bukan pembantu yang bisa kau marah senaknnya, anak ini anakmu.” Sambil aku menunjuk kearah Leo.
“ Jika mas tidak menginginkan Aku dan Leo lebih baik aku pergi dari rumah ini.
Melangkah dan tak menoleh lagi aku meninggalkan rumah besar itu, rumah yang tidak bisa menghargaiku. (AZ)

7 komentar:

Postingan Terbaru

Pantun Sendiri

 Lama tak mengasah ilmu pantu, semoga berkenan untuk membacanya I. Dilarang keluar waktu magrib Saat magrib tidak boleh berdendang Dud...