Rabu, 03 Juni 2020

Terjaga Malam (part 2)


Selesai sholat magrib aku dan anak – anak sudah siap, kami menunggu bang Henri yang lagi menerima telephone. Hampir setengah jam bang Henri menerima telepnone, selesai menerima telephone bang Henri bergegas menghidupkan mobil seperti janji kami siang tadi kami akan makan malam di luar.

Aku membukan pintu mobil belakang untuk anak – anak sambil berkata
“ Ayo anak – anak masuk mobil.” Perintahku kepada anak – anakku. Menutupnya kembali setelah anak – anak masuk ke dalam mobil.
Aku menuju pintu depan mobil, membuka dan duduk di sebelah bang Henri menyetir.
“ Sudah siap semua, ayo kita berangkat.” Bang Hendri memberikan aba – aba kepada kami.
“ Siap ayah, Adi mau makan ayam goreng.” Kata anakku yang tertua
“ Adit mau ayam bakar.” Si kecil tidak mau kalah dengan abangnya.
Aku menoleh ke belang sambil tersenyum memandang kedua jagoanku.
“ Telephone dari siapa bang, serius sekali nampaknya.” Aku bertanya kepada bang Henri.
“ Dari kantor, abang harus berangkat ke Jakarta untuk urusan kantor selama beberapa hari mungkin seminggu.” bang Henri menjelaskan telephonenya tadi.
“ Lama sekali bang, biasanya paling lama hanya 4 hari.” aku mengajukan keberatanku.
“ Abang hanya bawahan yang harus mengikut perintah Aisyah.” Jelas bang Henri.
Selama perjalanan menuju rumah makan aku mendengar kedua jagoanku bercanda di kursi belakang mobil, aku sekali – sekali melihat mereka ke belakang.
***

Jam 21. 20 kami tiba di rumah, aku langsung menyuruh anak – anak untuk gosok gigi dan tidur. Aku berjalan menuju kamar tidur, bang Henri sudah merebahkan badannya di tempat tidur, aku mengambil baju tidur menuju kamar mandi menggosok gigi.
“ bang kapan berangkatnya ke Jakarta?”
“ Dua hari lagi Aisyah.” Jawab bang Henri
“ Siapkan baju dan perlengkapan Abang. Jangan sampai abang kekurangan baju di sana, abang pergi seminggu.” Bang Henri mengingatkanku.
Aku hanya mengangguk saja, aku menyetel TV yang ada di kamar tidur kami. Aku membuka siaran TRILL yang menjadi favoritku. Aku tidak suka menonton drama – drama yang menguras air mata ataupun drama yang mempertontokan kekejaman/memperbodoh  masyarakat serta mengekplotasi wanita seperti yang di tayangkan oleh TV swasta maupun nasional di negeri ini..
Aku lebih memilih menonton film horror dan misteri Barat , Jepang, Korea, dan Thailan. Kadang – kadang bang Henri marah dengan hobiku menonton film – film seperti itu, tapi aku selalu membantah dengan mengatakan dari pada nonton drama bodah yang menunjukkan kekayaan dan memperbudak yang miskin, jawabku.
Judul malam ini adalah Gosh Mother, horror Thailan. Sekali – sekali aku menutup mata karena adengannya terlalu menyeramkan untuk ditonton. Film ini mengisahkan seorang ibu yang dibunuh orang sekelompok mafia karena secara tidak sengaja wanita ini mengetahui rahasia kelompok mafia ini, setelah membunuh wanita ini, kelompok mafia masih mengincar anak – anak wanita ini, di sinilah mulai cerita horornya dimana arwah dari wanita ini pulang ke rumah. Anak – anak wanita ini yang tidak tahu ibunya sudah mati seperti biasa menjalani kehidupan mereka, wanita selalu berusaha mengagalkan tindakan kelompok mafia yang mau membunuh anak – anaknya. Mataku akan mengantuk setelah menonton film – film horror begini.
Seperti ada yang membangunkan ku, jam 01 dini hari lagi aku terbangun. Bang Henri masih tertidur pulas dengan mimpi indahnya pikirku. Aku mengambil segelas yang sudah ku persiapkan di meja kecil samping tempat tidurku. Meminumnya dan meletakkan gelasnya kembali ke meja kecil, aku coba tidur lagi masih tidak bisa, akhirnya aku mengingat beberapa tips yang ku browsing di internet.
Aku mulai menghitung satu kambing melompati pagar sambil membayangkan aku benar – benar melihat kambing melompati pagar. Tapi sampai dengan hitungan 100 kambing melompati pagar aku belum juga tertidur jam sudah menunjukkan angka 02.30 pagi. Gawat ini pikirku, bisa – bisa aku tidak masuk kantor lagi, aku membangunkan bang Henri.
“ bang, bangun temankan Aisyah buat susu panas.” Aku mengguncang pelan badan bang Henri.
Bang Henri membuka matanya perlahan, sambil berkata
“ Kamu kenapa Aisyah, tidak bisa tidur lagi.”
“ Siapa suruh kamu nonton film horror.”
Walaupun berkata begitu bang Henri bangun juga dari tidurnya untuk menemani aku membuat susu di dapur. Sambil terkantuk – kantuk aku melihat bang Henri berjalan di depanku. Sesampainya di dapur bang Henri duduk di kursi yang ada di dapur menunggu aku membuat susu. Aku mengambil gelas menuangkaan susu kental dan mengambil air di termos serta menuangkannya ke gelas. Sambil mengangkat gelas susu hangatku aku menoleh ke arah tempat bang Hendri duduk, tapi bang Henri tidak ada di tempat duduknya. Aku terkejut, kemana perginya bang Henri pikirku. Aku melihat sekeliling dapur tapi aku tidak melihat bang Henri. Aku mulai gemetaraan, gelas susu di tanganku jatuh tumpah ke lantai. Gelasnya pecah aku menjerit, ada apa kata bang Henri yang tiba – tiba muncul dari arah pintu kamar mandi yang berada di dapur.
“ Abang kemana? Aisyah takut.”
“ Abang ke kamar mandi, mau pipis.” Jelas bang Henri.
“ Kamu ini kenapa Aisayah, tu lain kali jangan nonton film horror kalau kamu tidak berani.” Bang Henri menceramahiku.
“ Ada – ada saja,” lanjut bang Henri
Aku terduduk lemas di lantai dapur, bang Henri memunguti pecahan gelas dan mengelap susu yang aku tumpahkan.
“ Sudah duduk sana, abang yang buatkan susu hangatnya.” Kata bang Henri.
Aku berdiri dan duduk di kursi yang di maksud bang Henri, memperhatikan bang Henri membuatkan aku susu hangat.
“ Ini minum susumu, cepat diminum. Abang ngantuk.”
Aku mengambil gelas dari tangan bang Henri dan langsung meminumnya. Bang Henri memandangku dengan jengkel.
“ Cepat di habiskan susunya, abang ngantuk.” Perintah bang Henri ketika melihat aku belum juga menghabiskan susu di gelasku. Secepatnya aku menghabiskan susu.
“ Sudah habis bang, ayo kita kembali ke kamar.” Kataku kepada bang Henri.
Aku memegang tangan bang Hendri kami bergandengan berjalan menuju kamar tidur..
“ Sana cepat tidur, lihat sudah hampir jam 02 pagi.” Gerutu bang Henri.
Bang Henri berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamar kami, keluar dari kamar mandi aku melihat bang Henri mengambil sajadah dan kopiahnya..”
“ Mau sholat tahajudd bang, aku ikut. Tunggu. “  pintaku kepada bang Henri
Aku berlari ke kamar mandi dan secepat kilat membentang sejadah di belakang bang Henri dan mengenakan mukena.
“ Allahuakbar,” bang Henri memulai shalat jamah malam kami.
Jam menujukkan pukul 02.25 ketika kami selesai sholat jamah kami, aku mendengar suara bang Henri.
“ Jangan nonton film horror lagi, ingat itu.”
“ Siapa yang akan memenani kamu buat susu, kalau abang ke Jakarta nanti.” Kata bang Henri.
“ Cepat tidur sana, abang juga mau tidur. “
Aku dan bang Henri merebahkan badan di kasur, sebentar saja aku sudah mendengar dengkur halus dari mulut bang Henri.
Aku terus membaca ayat – ayat pendek sampai aku sendiri tidak perasan kalau aku sudah tertidur.(bersambung)
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Pantun Sendiri

 Lama tak mengasah ilmu pantu, semoga berkenan untuk membacanya I. Dilarang keluar waktu magrib Saat magrib tidak boleh berdendang Dud...