Selesai
sholat magrib aku dan anak – anak sudah siap, kami menunggu bang Henri yang
lagi menerima telephone. Hampir setengah jam bang Henri menerima telepnone,
selesai menerima telephone bang Henri bergegas menghidupkan mobil seperti janji
kami siang tadi kami akan makan malam di luar.
Aku
membukan pintu mobil belakang untuk anak – anak sambil berkata
“
Ayo anak – anak masuk mobil.” Perintahku kepada anak – anakku. Menutupnya
kembali setelah anak – anak masuk ke dalam mobil.
Aku
menuju pintu depan mobil, membuka dan duduk di sebelah bang Henri menyetir.
“
Sudah siap semua, ayo kita berangkat.” Bang Hendri memberikan aba – aba kepada
kami.
“
Siap ayah, Adi mau makan ayam goreng.” Kata anakku yang tertua
“
Adit mau ayam bakar.” Si kecil tidak mau kalah dengan abangnya.
Aku
menoleh ke belang sambil tersenyum memandang kedua jagoanku.
“
Telephone dari siapa bang, serius sekali nampaknya.” Aku bertanya kepada bang
Henri.
“
Dari kantor, abang harus berangkat ke Jakarta untuk urusan kantor selama
beberapa hari mungkin seminggu.” bang Henri menjelaskan telephonenya tadi.
“
Lama sekali bang, biasanya paling lama hanya 4 hari.” aku mengajukan
keberatanku.
“
Abang hanya bawahan yang harus mengikut perintah Aisyah.” Jelas bang Henri.
Selama
perjalanan menuju rumah makan aku mendengar kedua jagoanku bercanda di kursi
belakang mobil, aku sekali – sekali melihat mereka ke belakang.
***
Jam
21. 20 kami tiba di rumah, aku langsung menyuruh anak – anak untuk gosok gigi
dan tidur. Aku berjalan menuju kamar tidur, bang Henri sudah merebahkan
badannya di tempat tidur, aku mengambil baju tidur menuju kamar mandi menggosok
gigi.
“
bang kapan berangkatnya ke Jakarta?”
“
Dua hari lagi Aisyah.” Jawab bang Henri
“
Siapkan baju dan perlengkapan Abang. Jangan sampai abang kekurangan baju di
sana, abang pergi seminggu.” Bang Henri mengingatkanku.
Aku
hanya mengangguk saja, aku menyetel TV yang ada di kamar tidur kami. Aku
membuka siaran TRILL yang menjadi favoritku. Aku tidak suka menonton drama –
drama yang menguras air mata ataupun drama yang mempertontokan
kekejaman/memperbodoh masyarakat serta
mengekplotasi wanita seperti yang di tayangkan oleh TV swasta maupun nasional
di negeri ini..
Aku
lebih memilih menonton film horror dan misteri Barat , Jepang, Korea, dan Thailan.
Kadang – kadang bang Henri marah dengan hobiku menonton film – film seperti
itu, tapi aku selalu membantah dengan mengatakan dari pada nonton drama bodah
yang menunjukkan kekayaan dan memperbudak yang miskin, jawabku.
Judul
malam ini adalah Gosh Mother, horror Thailan. Sekali – sekali aku menutup mata
karena adengannya terlalu menyeramkan untuk ditonton. Film ini mengisahkan
seorang ibu yang dibunuh orang sekelompok mafia karena secara tidak sengaja
wanita ini mengetahui rahasia kelompok mafia ini, setelah membunuh wanita ini,
kelompok mafia masih mengincar anak – anak wanita ini, di sinilah mulai cerita
horornya dimana arwah dari wanita ini pulang ke rumah. Anak – anak wanita ini
yang tidak tahu ibunya sudah mati seperti biasa menjalani kehidupan mereka,
wanita selalu berusaha mengagalkan tindakan kelompok mafia yang mau membunuh
anak – anaknya. Mataku akan mengantuk setelah menonton film – film horror
begini.
Seperti
ada yang membangunkan ku, jam 01 dini hari lagi aku terbangun. Bang Henri masih
tertidur pulas dengan mimpi indahnya pikirku. Aku mengambil segelas yang sudah ku
persiapkan di meja kecil samping tempat tidurku. Meminumnya dan meletakkan
gelasnya kembali ke meja kecil, aku coba tidur lagi masih tidak bisa, akhirnya
aku mengingat beberapa tips yang ku browsing di internet.
Aku
mulai menghitung satu kambing melompati pagar sambil membayangkan aku benar –
benar melihat kambing melompati pagar. Tapi sampai dengan hitungan 100 kambing
melompati pagar aku belum juga tertidur jam sudah menunjukkan angka 02.30 pagi.
Gawat ini pikirku, bisa – bisa aku tidak masuk kantor lagi, aku membangunkan
bang Henri.
“
bang, bangun temankan Aisyah buat susu panas.” Aku mengguncang pelan badan bang
Henri.
Bang
Henri membuka matanya perlahan, sambil berkata
“
Kamu kenapa Aisyah, tidak bisa tidur lagi.”
“
Siapa suruh kamu nonton film horror.”
Walaupun
berkata begitu bang Henri bangun juga dari tidurnya untuk menemani aku membuat
susu di dapur. Sambil terkantuk – kantuk aku melihat bang Henri berjalan di
depanku. Sesampainya di dapur bang Henri duduk di kursi yang ada di dapur
menunggu aku membuat susu. Aku mengambil gelas menuangkaan susu kental dan
mengambil air di termos serta menuangkannya ke gelas. Sambil mengangkat gelas
susu hangatku aku menoleh ke arah tempat bang Hendri duduk, tapi bang Henri
tidak ada di tempat duduknya. Aku terkejut, kemana perginya bang Henri pikirku.
Aku melihat sekeliling dapur tapi aku tidak melihat bang Henri. Aku mulai
gemetaraan, gelas susu di tanganku jatuh tumpah ke lantai. Gelasnya pecah aku
menjerit, ada apa kata bang Henri yang tiba – tiba muncul dari arah pintu kamar
mandi yang berada di dapur.
“
Abang kemana? Aisyah takut.”
“
Abang ke kamar mandi, mau pipis.” Jelas bang Henri.
“
Kamu ini kenapa Aisayah, tu lain kali jangan nonton film horror kalau kamu
tidak berani.” Bang Henri menceramahiku.
“
Ada – ada saja,” lanjut bang Henri
Aku
terduduk lemas di lantai dapur, bang Henri memunguti pecahan gelas dan mengelap
susu yang aku tumpahkan.
“
Sudah duduk sana, abang yang buatkan susu hangatnya.” Kata bang Henri.
Aku
berdiri dan duduk di kursi yang di maksud bang Henri, memperhatikan bang Henri
membuatkan aku susu hangat.
“
Ini minum susumu, cepat diminum. Abang ngantuk.”
Aku
mengambil gelas dari tangan bang Henri dan langsung meminumnya. Bang Henri
memandangku dengan jengkel.
“ Cepat
di habiskan susunya, abang ngantuk.” Perintah bang Henri ketika melihat aku
belum juga menghabiskan susu di gelasku. Secepatnya aku menghabiskan susu.
“
Sudah habis bang, ayo kita kembali ke kamar.” Kataku kepada bang Henri.
Aku
memegang tangan bang Hendri kami bergandengan berjalan menuju kamar tidur..
“
Sana cepat tidur, lihat sudah hampir jam 02 pagi.” Gerutu bang Henri.
Bang
Henri berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamar kami, keluar dari kamar
mandi aku melihat bang Henri mengambil sajadah dan kopiahnya..”
“
Mau sholat tahajudd bang, aku ikut. Tunggu. “
pintaku kepada bang Henri
Aku
berlari ke kamar mandi dan secepat kilat membentang sejadah di belakang bang
Henri dan mengenakan mukena.
“
Allahuakbar,” bang Henri memulai shalat jamah malam kami.
Jam
menujukkan pukul 02.25 ketika kami selesai sholat jamah kami, aku mendengar
suara bang Henri.
“
Jangan nonton film horror lagi, ingat itu.”
“
Siapa yang akan memenani kamu buat susu, kalau abang ke Jakarta nanti.” Kata
bang Henri.
“
Cepat tidur sana, abang juga mau tidur. “
Aku
dan bang Henri merebahkan badan di kasur, sebentar saja aku sudah mendengar
dengkur halus dari mulut bang Henri.
Aku
terus membaca ayat – ayat pendek sampai aku sendiri tidak perasan kalau aku
sudah tertidur.(bersambung)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar