Aku
melihat ke jam dinding kamarku, jam 01 dini hari, seperti tidak percaya aku
meraih handphoneku yang terletak di meja kecil disamping tempat tidurku.
Membuka handphone menekan tombol sampingnya, handphoneku menyala terpangpang
jam 01 dini hari. Berarti jam dindingku tidak salah, aku mencoba mengingat –
ingat kembali. Sepertinya tidak ada yang salah, aku berangkat tidur jam 22 tadi
malam. Setelah semua pekerjaan rumah ku selesaikan, sudah menjadi kebiasaanku
untuk membereskan semua pekerjaan rumah seperti mencuci piring kotor dan
menyapu rumah sehingga besok pagi aku tidak terlalu repot membersihkannya.
Aku
mencoba untuk memejamkan lagi mataku, tapi mataku tidak mau terpejam. Aku
melihat suamiku yang terdiri pulas di sampingku, apa yang salah pikirku.
Aku
merasakan gerah yang tidak menyenyakkan tidurku, tapi AC di kamarkan hidup. Aku
terus mencari – cari alasan mengapa sampai tidur malamku terganggu.
Aku
beranjak dari tempat tidurku, menuju kamar mandi. Mungkin aku di suruh untuk
sholat malam, sesampai di kamar mandi aku mengambil air wudhu dan kembali lagi
ke kamar untuk sholat tahajjud.
Selesai
membacakan salam, aku beristifar membaca shalawat dan memanjatkan doa. Membuka
mukenah yang aku kenakan dan meletakkannya kembali ketempatnya.
Tapi
kantukku entah pergi kemana, aku berusaha untuk tidur kembali tapi mataku tidak
mau terpejam sedikitpun.
Aku
menyalakan TV dengan harapan kantukku akan datang, aku mencari film horror yang
menjadi tontonan favoritku. Satu jam sudah berlalu dari aku bangun tadi, jam
sudah menunjukkan angka 02 dini hari tapi mataku masih juga belum mau dibawa
tidur. Aku jadi binggung sendiri, ada apa dengan mataku. Aku mencoba mengingat
– ingat kegiatanku tadi siang, biasanya jika aku terlalu lelah disiang hari,
tidur malamku akan terganggu.
Bagun
pagi semalam seperti biasa aku menyiapkan sarapan untuk suami dan anak –
anakku. Kemudian aku dan suamiku pergi ke kantor, sementara anak – anak pergi
kesekolah. Di kantor rasanya tidak ada pekerjaan yang menyita perhatian dan
membutuhkan pemikiran yang ekstra, sore tadi suamiku berkata
“
Aisyah kita makan diluar saja, sudah lama kita tidak mengajak anak – anak makan
diluar.”
Alhamdulillah
pikirku, ternyata pikiranku dan suami sama, biasa tanggal muda selalu kami
jadikan moment untuk selalu makan bersama diluar untuk menyenangkan diri dan
anak – anak. Jam 21.00 kami sudah sampai kerumah kembali, karena besok masih
harus bekerja kembali aku dan suami sudah tidur jam 22.00 wib. Sepertinya biasa
saja tidak ada kejadian yang membuatku harus memikirkan sesuatu sehingga
menganggu tidurku.
Aku
berdiri dari tempat tidurku, jangan – jangan terjadi sesuatu dengan anak – anak
pikirku. Aku bergegas keluar kamar menuju kamar tidur anak – anak. Aku membuka
pelan pintu kamar mereka supaya tidak terganggu tidurnya.
Aku
memperhatikan kedua anakku yang tidur pada kamar yang sama, aku menuju tempat
tidur si abang terlebih dahulu.
Anakku
yang pertama laki – laki berumur 9 tahun duduk dikelas 4 SD tapi badanya sudah seperti anak kelas 6 SD
tinggi besar seperti ayahnya aku membetulkan selimut si abang sambil memandang
wajah anakku kemudian aku berpindah ke tempat tidur anakku yang nomor dua.
Anakku yang nomor dua juga laki – laki
berumur 5 tahun masih lucu – lucunya, tahun ini rencanya masuk sekolah TK
besar.
Sama
seperti abangnya kalau tidur hanya sebentar saja selimut bisa menutupi badannya
setelah itu selimutnya entah dimana letaknya. Alhamdulillah mereka baik – baik
saja. aku berdiri menuju pintu kamar anak – anakku untuk kembali ke kamarku.
Mereka baik – baik saja, jangan – jangan aku lupa mengunci pintu pikirku.
Bergegas
aku menuju pintu belakang, terkunci. Mungkin pintu depan yang belum terkunci
aku berbalik arah menuju pintu depan. Pintu depan juga sudah terkunci. Sambil
berjalan menuju kamar tidurku aku berpikir, naluri seorang ibu pasti ada apa –
apa jika tidurku terganggu, tapi apa? Aku terus melangkah sambil terus
memikirkan kemungkinan – kemungkinan apa yang menyebabkan aku terbangun di jam
segini.
Jam
dinding di kamarku sudah menunjukkan angka 03.00 dini hari hampir dua jam dari
jam 01 aku masih juga belum bisa tidur ada apakah gerangan.
***
“
Nissa bangun, sudah jam 07 pagi, kamu tidak ke kantor?” aku seperti tidak
percaya sudah jam 07 apakah aku bermimpi. Baru setengah jam lalu aku tertidur.
Aku
berusaha bangun dari tidurku, tapi mataku seperti tidak mau terbuka. Aku
mendengar suara lagi.
“
Kamu baik – baik saja Nissa?”
“
Nissa kamu dengarkan?”
Beberapa
kali namaku di sebut oleh suamiku.
“
Bang kayaknya aku tidak masuk kantor hari ini, badanku tidak enak.”
“
Tolong telephonekan kantor ya bang.” Pintaku kepada bang Henri
Bang
Henri meraba keningku,
“
Kepalamu panas Nissa, kamu demam?”
“
Ayo kita ke pukesmas,” ajak bang Henri.
“
Aku butuh istirahat saja bang.”
“
Kamu selalu begitu, kalau sakit tidak mau diajak berobat.”
Bang
Henri meninggalkanku, sambil berkata
“ Ya
sudah aku dan anak – anak berangkat dulu.”
Aku
tinggal sendirian di rumah, aku mengambil obat turun panas di laci kecil dekat
tempat tidurku. Aku selalu menyimpan beberapa obat untuk keadaan mendesak
seperti ini. Ku ambil satu pil penurun panas, menelannya. Untuk lebih mudah
setelah menelan pil aku meminum segelas air yang selalu tersedia di atas meja
kecil di kamarku.
Entah
berapa jam aku tertidur setelah menelan obat penurun panas tadi, perutku
keroncongan yang membuat aku terbangun dari tidurku. Ku cuba merasakan panas
pada dahiku, lumayan sudah tidak panas lagi pikirku. Aku duduk dan mencoba
berdiri Alhamdulillah aku kuat untuk berdiri, aku melangkah menuju dapur untuk
memasak sesuatu bagi mengisi perutku yang keroncongan minta di isi.(bersambung)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar