Selasa, 30 Juni 2020

Derita Ku (part 2)


Setelah aku duduk, Bang Rasyid kembali duduk di sebelah tamunya Lia.
Suasana ruang tamu kami hening, aku hanya memandang Bang Rasyid dari mataku aku tahu Bang Rasyid tahu aku meminta penjelasan dari semua ini.
Bang Rasyid menggenggam tangan perempuan yang duduk di sampingnya. Sambil berkata “ Aisyah aku tidak meminta izinmu untuk menikah lagi, pasti kau tahu alasan aku menikah lagi.”
Aku jadi mengingat percakapan kami beberapa waktu yang lalu
“ Bang kita ambil anak angkat yuk.”
“ Teman satu kantorku juga mengangkat anak, prosedurnya tidak susah. “
Aku melihat reaksi Bang Rasyid
“ Tidak usah aku tidak mau mengangkat anak.”
“ Banyak ponaanku yang bisa tolong daripada menolong anak orang lain.”
Itu sudah yang kesekian kalinya aku membujuk Bang Rasyid untuk mengangkat anak.
Memang benar Bang Rasyid punya banyak keponaan yang bisa kamu bantu, tapi mereka hanya pada hari tertentu saja bisa kami ajak berjalan – jalan. Bukan karena aku pelit tapi aku butuh teman untuk diriku sendiri. Umurku tidak muda lagi, dokter sudah mengatakan tali eterusku pendek kemungkinan besar jika aku hamil aku akan kehilangan bayiku seperti di awal pernikahan kami, aku pernah hamil sebanyak tiga kali.
Ternyata inilah sebenarnya yang menjadi penyebab Bang Rasyid tidak mau mengangkat anak.
Aku dan Bang Rasyid memang dijodohkan oleh keluarga, Ibuku dan Ibu Bang Rasyid teman sedari Sekolah Dasar. Mereka telah berjanji jika mereka kelak mempunyai anak jika satu laki – laki dan satu perempuan mereka mau menjadi saudara dengan menikahkan anak mereka. Jika keduanya laki – laki atau keduanya perempuan mereka berharap akan berteman seperti mereka.
Kebetulan aku anak kedua dari ibuku yang berjenis kelamin perempuan sementara Abangku satu – satunya tidak mungkin dinikahkan dengan Bang Rasyid anak teman ibuku.
Aku sudah menyukai Bang Rasyid sejak dari kecil, Ibu Bang Rasyid selalu membawa Bang Rasyid untuk bermain di rumah kami setiap hari libur. Kami selalu mengadakan acara keluarga entah itu makan di rumah ibuku atau makan di rumah ibu Bang Rasyit. Bahkan tidak jarang kami berjalan ke tempat rekreasi bersama – sama. Aku sangat menyukai Bang Rasyid yang selalu menjagaku tidak seperti Abangku yang selalu usil menganggu dan menjahiliku.
Bukan karena sering bertemu aku jatuh cinta kepada Bang Rasyid seperti kata orang jawa Witing Tresno Jalaran Soko Kulino. Tapi aku hanya mau berbakti kepada ibu, sama seperti Bang Rasyid yang tidak mau mengecewakan ibunya. Pada akhirnya kami menikah. Aku selalu berfikir semua pasti ada rahasia di balik kejadian yang sudah ditentukan oleh Allah, begitu juga dengan pernikahanku dengan Bang Rasyid.
Kami sudah menikah selama 12 tahun, dan aku tidak pernah sekalipun mencurigai Bang Rasyid akan selingkuh apalagi sampai memaduku. Bang Rasyid selalu penuh perhatian,
“ Aku tidak akan pernah meninggalkanmu Asyiah walaupun kamu tidak memberikan aku keturunan.” Itu kata – kata Bang Rasyid ketika aku harus kehilangan bayi dalam rahimku pada usia kandunganku enam bulan.
“ Ibu harus bedrest jika ingin punya anak.” Itu kata dokter kandunganku setelah satu bulan aku harus cek kebersihan rahimku.
“ Ibu masih bisa hamil, tapi itu syaratnya.” Kata dokter itu masih jelas tergiang di telingaku.
Bang Rasyid menggemggam erat tanganku sambil mendengarkan penjelasan dokter kandungan yang merawatku.(bersambung)
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Pantun Sendiri

 Lama tak mengasah ilmu pantu, semoga berkenan untuk membacanya I. Dilarang keluar waktu magrib Saat magrib tidak boleh berdendang Dud...