Suasana ruang tamu kami hening, aku hanya
memandang Bang Rasyid dari mataku aku tahu Bang Rasyid tahu aku meminta
penjelasan dari semua ini.
Bang Rasyid menggenggam tangan perempuan yang
duduk di sampingnya. Sambil berkata “ Aisyah aku tidak meminta izinmu untuk
menikah lagi, pasti kau tahu alasan aku menikah lagi.”
Aku jadi mengingat percakapan kami beberapa
waktu yang lalu
“ Bang kita ambil anak angkat yuk.”
“ Teman satu kantorku juga mengangkat anak,
prosedurnya tidak susah. “
Aku melihat reaksi Bang Rasyid
“ Tidak usah aku tidak mau mengangkat anak.”
“ Banyak ponaanku yang bisa tolong daripada
menolong anak orang lain.”
Itu sudah yang kesekian kalinya aku membujuk
Bang Rasyid untuk mengangkat anak.
Memang benar Bang Rasyid punya banyak
keponaan yang bisa kamu bantu, tapi mereka hanya pada hari tertentu saja bisa
kami ajak berjalan – jalan. Bukan karena aku pelit tapi aku butuh teman untuk
diriku sendiri. Umurku tidak muda lagi, dokter sudah mengatakan tali eterusku
pendek kemungkinan besar jika aku hamil aku akan kehilangan bayiku seperti di
awal pernikahan kami, aku pernah hamil sebanyak tiga kali.
Ternyata inilah sebenarnya yang menjadi
penyebab Bang Rasyid tidak mau mengangkat anak.
Aku dan Bang Rasyid memang dijodohkan oleh
keluarga, Ibuku dan Ibu Bang Rasyid teman sedari Sekolah Dasar. Mereka telah
berjanji jika mereka kelak mempunyai anak jika satu laki – laki dan satu
perempuan mereka mau menjadi saudara dengan menikahkan anak mereka. Jika
keduanya laki – laki atau keduanya perempuan mereka berharap akan berteman
seperti mereka.
Kebetulan aku anak kedua dari ibuku yang
berjenis kelamin perempuan sementara Abangku satu – satunya tidak mungkin dinikahkan
dengan Bang Rasyid anak teman ibuku.
Aku sudah menyukai Bang Rasyid sejak dari
kecil, Ibu Bang Rasyid selalu membawa Bang Rasyid untuk bermain di rumah kami
setiap hari libur. Kami selalu mengadakan acara keluarga entah itu makan di
rumah ibuku atau makan di rumah ibu Bang Rasyit. Bahkan tidak jarang kami
berjalan ke tempat rekreasi bersama – sama. Aku sangat menyukai Bang Rasyid
yang selalu menjagaku tidak seperti Abangku yang selalu usil menganggu dan
menjahiliku.
Bukan karena sering bertemu aku jatuh cinta
kepada Bang Rasyid seperti kata orang jawa Witing Tresno Jalaran Soko Kulino.
Tapi aku hanya mau berbakti kepada ibu, sama seperti Bang Rasyid yang tidak mau
mengecewakan ibunya. Pada akhirnya kami menikah. Aku selalu berfikir semua
pasti ada rahasia di balik kejadian yang sudah ditentukan oleh Allah, begitu
juga dengan pernikahanku dengan Bang Rasyid.
Kami sudah menikah selama 12 tahun, dan aku
tidak pernah sekalipun mencurigai Bang Rasyid akan selingkuh apalagi sampai
memaduku. Bang Rasyid selalu penuh perhatian,
“ Aku tidak akan pernah meninggalkanmu Asyiah
walaupun kamu tidak memberikan aku keturunan.” Itu kata – kata Bang Rasyid
ketika aku harus kehilangan bayi dalam rahimku pada usia kandunganku enam
bulan.
“ Ibu harus bedrest jika ingin punya anak.”
Itu kata dokter kandunganku setelah satu bulan aku harus cek kebersihan
rahimku.
“ Ibu masih bisa hamil, tapi itu syaratnya.”
Kata dokter itu masih jelas tergiang di telingaku.
Bang Rasyid menggemggam erat tanganku sambil
mendengarkan penjelasan dokter kandungan yang merawatku.(bersambung)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar