Jumat, 03 Juli 2020

Cerita Hari ini, Ada Airmata

Jumat adalah penghulu hari dari hari biasanya, di hari jumat kita selalu berharap akan ada keajaiban yang akan membuat hari kita berjalan dengan baik dan aman. Tapi kisah pagi tadi, pukul 10.00 sangat menyayat hati, di tengah keasyikan menulis ijazah yang menjadi tugas tambahan dari sekolah. Seorang ibu datang mencari saya, "maaf Bu. Ibu adalah Ibu Siti Nurbaya?" tiba-tiba dia bertanya. Sasya berhenti menulis, mengangkat kepala sambil tersenyum, saya menjawab, "iya Bu, saya ibu Siti Nurbaya. Ada apa, Bu?" sambil menunjuk ke arah kursi di depan saya menyuruh ibu itu untuk duduk. 
Ibu yang mencari saya, belum lagi berkata - kata sudah mengeluarkan air mata menangis. " Ada apa, Bu?" saya bertanya. Sambil menangis ibu tersebut menunjukkan bukti pendaftaran online. saya melihat sekilas kearah kertas itu. Masih menanti jawabaan si Ibu atas pertanyaan saya tadi. Saya ulang kembali pertanyaan saya " Ada apa bu?' Dengan terisak si ibu menjawab.
" Bu, tadi pagi jam 8.00 anak saya sudah tidak masuk daftar dalam penerimaan di sekolah ibu, saya sudah bertanya kepada salah satu panitia, panita meminta saya untuk bertemu dengan ibu. Saya mendengarkan dengan seksama cerita ibu tersebut.
"Tolonglah terima anak saya bu, kami orang susah. Anak kami tidak bisa sekolah di tempat yang jauh. Kami memilih SMA ibu sudah dengan syarat dan ketentuannya. Kami tinggal dekat sini bu. Tapi kenapa anak kami tidak diterima. Panjang lebar ibu tersebut bercerita, setelah ibu tadi tenang dan diam baru saya berbicara.

"Maaf Bu,saya bukan panitia penerimaan siswa baru, mungkin ibu salah informasi. Di Sekolah saya kebetulan ada dua nama Siti, Siti yang satunya adalah panitia penerimaan siswa baru, tapi untuk menenangkan si ibu saya menjawab pertanyaannya dengan kapasitas yang saya miliki.
"Ibu sepengetahuan saya, penerimaan siswa baru secara online sudah ada ketentuan dan syaratnya. Sekolah kami tidak bisa menerima semua siswa yang mendaftar walaupun zonasi menunjukkan ibu masih berada di zonasi sekolah kami.
Tapi ibu tersebut masih juga berkeras supaya saya membantu anaknnya, akhirnya saya mengajak ibu tersebut untuk datang keruang panitia dan menunjukkan orang yang katanya menyuruh ibu tersebut untuk berjumpa dengan saya.
"itu orangnya bu." ibu tersebut menunjuk kepada salah satu bapak. Ternyata yang di tunjuk adalah wakil kurikulum yang menjadi ketua panitia penerimaan siswa baru. Saya langsung berkata dalam hari pasti ini salah informasi.
"Sebentar bu, ibu tunggu di sini saya bertemu bapak wakil kurikulum sebentar kata saya kepada ibu tersebut.

Setelah menjelaskan apa yang terjadi, pak kurikulum tersebut bersama saya berjumpa dengan ibu yang bersangkuta. setelah di terangkan panjang lebar, barulah ibu itu agak sedikit lega, sekali lagi saya berkata kepada ibu tersebut. Ibu sudah jelaskan, bukan saya tidak mau membantu tapi itulah kenyataaanya.
Sambil melihat ibu itu melangkah pergi saya berkata dalam hati, betapa besar pengorbanan orang tua untuk menyekolahkan anakknya. Airmata yang dikeluarkan sepertinya tidak bisa menjawab masalah dari zonasi yang sudah menjadi ketentuan dari penerimaan siswa baru di sekolah. Tapi itulah kenyataannya, zonasi oh zonasi hari ini karena dirimu saya harus melihat seorang ibu menangis. (AZ)

4 komentar:

Postingan Terbaru

Gapai Cita dalam (Duka) Cinta

  Adik Abah yang dulu tinggal bersama kami sudah lebih sepuluh tahun merantau sejak menamatkan sekolah menegah atas hari ini duduk di ruang ...