Sedih, pasti sedih. Tahun ini, lebaran Idul Fitri
ruang tamu tidak ada tamunya. Masih terasa sedih karena tidak ada tamunya, hari
ini tanggal 31 Juli 2020 bertepatan dengan 10 Zulhijah 1441 lebaran Idul Adha
bersama kita . Rasa sedih di hati
bertambah, tahun ini tidak ada kurban seperti tahun sebelumnya.
Memupuk rasa untuk bersedekah bukan hal yang
mudah sampai sekolah kami bisa berkurban untuk berbagi untuk sesama. Memupuk
rasa untuk peduli kepada sesame memang tidak mudah, walaupun yang berkurban
bukan berarti pendapatanya lebih yang pasti dengan berkurban silaturahmi tetap
terjaga.
Setiap lebaran kurban kami berkumpul bersama
keluarga besar SMAN 2, bukan hanya yang menjadi guru dan TU saja tapi istri/suami,
anak serta cucu akan ikut bersilaturahmi di dalamnya. Nilai kurban lembunya
mungkin hanya 1 atau 2 ekor lembu tapi rasa kekeluargaanya yang penting.
Menyisihkan pendapatan hanya untuk bisa
berqurban dan mempererat silaturahmi sesama guru, Tu dan keluraga serta berbagi
dengan masyarakat sekitar sekolah. Tapi tahun ini tidak akan terjadi, panitia
qurban yang di tunjuk sekolah, sebulan yang lalu sudah mengabarkan bahwa tahun
ini 1441 H, sekolah kita tidak jadi mengadakan qurban. Bagi Bapak/Ibu yang
ingin berkurban silakan ditempat sendiri atau disalurkan saja. karena jumlah
yang berkurban tidak cukup 7 orang. Sangat menyedihkan.
Masih teringat bagaimana susahnya sekolah
kami mengusahakan biar ada kurban untuk warga sekolah, sudah hampir 20 tahun
mengabdi di sekolah ini. Pada awal tahun mengajar dengan kepala sekolah bapak
Drs. M. Rasyid Nur, beliau lah yang selalu menghimbau kami untuk berkurban,
mungkin karena beliau orang agama jadi selalu membawa kami kejalan kebaikan
berganti kepala sekolah putus nyambung acara kurbanya.
Banyak sekali tradisi yang harus hilang
selama Covit – 19 ini, kecewa
sangat terasa. Tradisi bersilaturahmi
pada lebaran Idul Fitri juga tidak dapat kami jalani karena Covid ini. Biasanya pada lebaran hari ke 4,
kami warga sekolah terdiri dari yang bekerja sebagai guru, Tu serta
suami/istri, anak, cucu akan berkumpul pada rumah salah satu guru. Sarapan
disana kemudian akan menentukan ruote mana perjalanan kami akan dimulai.
Silaturahmi ini hanya berlaku untuk yang datang saja, berarti yang datang
bersedia rumahnya dikunjungi. Alhamdulillah, setiap tahun hanya yang berada di
luar kota yang tidak bisa mengikutinya.
Begitu juga dengan tradisi berkurban di
sekolah, walaupun semuanya mampu untuk berkurban kami tidak pernah memaksakan
untuk bergiliran berkurban. Hanya yang mau berkurban silakan berkurban, semua
sudah tahu dengan kewajibanya masing – masing.
Tak ada qurban, tak ada kegembiraan di hari
lebaran Idul Adha. Masjid dirumahpun tahun ini tidak seperti tahun – tahun
sebelumnya yang selalu banyak lembu dan kambing yang akan diqurbankan. Tapi
tahun ini untuk 1 lembu korban saja sampai dengan 7 hari sebelum hari raya qurban masih kurang
jumlah orang yang mau berqurban. Baru tadi pagi sewaktu sholat idul Adha
diumumkan oleh panitia kurban ada 2 lembu salah satunya sumbangan dari bank BRI
dan 10 kambing kurban dan 2 kambing untuk aqiqah.
Covid – 19 masih saja menyisihkan duka yang
berkepanjangan buat umat manusia, kapan Covid – 19 ini berakhir. Hanya menjadi
rahasianya? (AZ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar