Jumat, 31 Juli 2020

Lebaran Idul Adha tanpa Qurban


Sedih, pasti sedih. Tahun ini, lebaran Idul Fitri ruang tamu tidak ada tamunya. Masih terasa sedih karena tidak ada tamunya, hari ini tanggal 31 Juli 2020 bertepatan dengan 10 Zulhijah 1441 lebaran Idul Adha bersama kita . Rasa  sedih di hati bertambah, tahun ini tidak ada kurban seperti tahun sebelumnya.  

Memupuk rasa untuk bersedekah bukan hal yang mudah sampai sekolah kami bisa berkurban untuk berbagi untuk sesama. Memupuk rasa untuk peduli kepada sesame memang tidak mudah, walaupun yang berkurban bukan berarti pendapatanya lebih yang pasti dengan berkurban silaturahmi tetap terjaga.

Setiap lebaran kurban kami berkumpul bersama keluarga besar SMAN 2, bukan hanya yang menjadi guru dan TU saja tapi istri/suami, anak serta cucu akan ikut bersilaturahmi di dalamnya. Nilai kurban lembunya mungkin hanya 1 atau 2 ekor lembu tapi rasa kekeluargaanya yang penting.

Menyisihkan pendapatan hanya untuk bisa berqurban dan mempererat silaturahmi sesama guru, Tu dan keluraga serta berbagi dengan masyarakat sekitar sekolah. Tapi tahun ini tidak akan terjadi, panitia qurban yang di tunjuk sekolah, sebulan yang lalu sudah mengabarkan bahwa tahun ini 1441 H, sekolah kita tidak jadi mengadakan qurban. Bagi Bapak/Ibu yang ingin berkurban silakan ditempat sendiri atau disalurkan saja. karena jumlah yang berkurban tidak cukup 7 orang. Sangat menyedihkan.

Masih teringat bagaimana susahnya sekolah kami mengusahakan biar ada kurban untuk warga sekolah, sudah hampir 20 tahun mengabdi di sekolah ini. Pada awal tahun mengajar dengan kepala sekolah bapak Drs. M. Rasyid Nur, beliau lah yang selalu menghimbau kami untuk berkurban, mungkin karena beliau orang agama jadi selalu membawa kami kejalan kebaikan berganti kepala sekolah putus nyambung acara kurbanya.

Banyak sekali tradisi yang harus hilang selama Covit – 19 ini,  kecewa sangat  terasa. Tradisi bersilaturahmi pada lebaran Idul Fitri juga tidak dapat kami jalani karena  Covid ini. Biasanya pada lebaran hari ke 4, kami warga sekolah terdiri dari yang bekerja sebagai guru, Tu serta suami/istri, anak, cucu akan berkumpul pada rumah salah satu guru. Sarapan disana kemudian akan menentukan ruote mana perjalanan kami akan dimulai. Silaturahmi ini hanya berlaku untuk yang datang saja, berarti yang datang bersedia rumahnya dikunjungi. Alhamdulillah, setiap tahun hanya yang berada di luar kota yang tidak bisa mengikutinya.

Begitu juga dengan tradisi berkurban di sekolah, walaupun semuanya mampu untuk berkurban kami tidak pernah memaksakan untuk bergiliran berkurban. Hanya yang mau berkurban silakan berkurban, semua sudah tahu dengan kewajibanya masing – masing.

Tak ada qurban, tak ada kegembiraan di hari lebaran Idul Adha. Masjid dirumahpun tahun ini tidak seperti tahun – tahun sebelumnya yang selalu banyak lembu dan kambing yang akan diqurbankan. Tapi tahun ini untuk 1 lembu korban saja sampai dengan 7  hari sebelum hari raya qurban masih kurang jumlah orang yang mau berqurban. Baru tadi pagi sewaktu sholat idul Adha diumumkan oleh panitia kurban ada 2 lembu salah satunya sumbangan dari bank BRI dan 10 kambing kurban dan 2 kambing untuk aqiqah.

Covid – 19 masih saja menyisihkan duka yang berkepanjangan buat umat manusia, kapan Covid – 19 ini berakhir. Hanya menjadi rahasianya? (AZ)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Gapai Cita dalam (Duka) Cinta

  Adik Abah yang dulu tinggal bersama kami sudah lebih sepuluh tahun merantau sejak menamatkan sekolah menegah atas hari ini duduk di ruang ...