Rabu, 01 Juli 2020

Derita Ku (part 3)


Waktu berlalu tahun kesepulu perkawainanku ibu dan mertuaku meninggal mereka sepertinya berjanji untuk mati dalam jangka waktu yang sama. Aku masih ingat betul percakapan terakhirku dengan mertuaku sewaktu menjenguk beliau sakit.
“ Aisyah, waktu ibu sudah tidak lama lagi.”

“ Jaga Rasyid baik – baik, ibu titip Rasyid sama Aisyah.” Mertuaku berkata lemah.
Aku hanya mengiyakan saja permintaan mertuaku yang sedang sakit sambil berkata
“ Bang Rasyid sudah dititip pesan yang sama sewaktu Ibu Aisyah mau meninggal dua minggu yang lalu bu.”
“ Aisyah yakin ibu sembuh.’”
“ Ibu harus terus menemai Aisyah, jangan tinggalkan Aisyah seperti mama.” Aku berkata sambil rebahan di sisi tempat tidur mertuaku.
Malam itu aku dan Bang Rasyid menginap di rumah mertuaku. Jam 02.00 dini hari mertuaku meninggal dunia yang fana ini, aku kehilangan dua ibu sekaligus dalam waktu yang tidak lama.
Setelah Ibu meningal Bang Rasyid juga tidak menunjukkan tanda – tanda berubah. Sampailah malam itu malam yang tak pernah aku duga.
Lama aku terduduk diam tanpa dapat berkata apa – apa, aku hanya melihat pemandangan di depanku bagaikan lagi menonton sinetron Indonesia yang selalu mempertontokan suami membawa wanita lain. Tapi ini terjadi di kehidupanku, bukan sinteron TV. Aku yang selalu gregetan menontonya dengan memberikan komentar bodoh sekali mau dimadu minta cerai saja, komentar lain yang sering aku ucapkan adalah masak ada sih cerita seperti ini di kehidupan nyata.
Ternyata ini terjadi di kehidupanku, aku hanya terdiam tanpa bisa memberikan komentar – komentar seperti sewaktu menonton TV.
Aku tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Bang Rasyid, seingatku aku melihat Bang Rasyid membimbing wanita itu ke kamar tamu kami, menutup pintu kamar. Aku masih terduduk diam di ruang tamu, lama tanpa tahu mau berbuat apa.
Aku merasakan letih yang tidak terkira, tanpa ku sadari aku berdiri melangkah menuju kamar tidurku, membuka pintu dan masuk menuju lemari pakaian. Aku mengambil semua pakaianku dan memasukkan kedalam tas yang terlebih dulu kuraih di bawah lemari.
Aku tidak menyusun rapi seperti kebiasaanku jika hendak berpergian, aku memasukkan semua bajuku lalu menutup retsliting tas. Aku berdiri menuju meja kecil di samping tempat tidur mengambil dompet yang berisi semua barang – barang berharga milikku. Aku menghempaskan badan di tempat tidur duduk termenung aku harus pergi dari rumah ini, aku tidak mau di sini lagi.(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Gapai Cita dalam (Duka) Cinta

  Adik Abah yang dulu tinggal bersama kami sudah lebih sepuluh tahun merantau sejak menamatkan sekolah menegah atas hari ini duduk di ruang ...