Waktu berlalu tahun kesepulu perkawainanku
ibu dan mertuaku meninggal mereka sepertinya berjanji untuk mati dalam jangka
waktu yang sama. Aku masih ingat betul percakapan terakhirku dengan mertuaku
sewaktu menjenguk beliau sakit.
“ Aisyah, waktu ibu sudah tidak lama lagi.”
“ Jaga Rasyid baik – baik, ibu titip Rasyid
sama Aisyah.” Mertuaku berkata lemah.
Aku hanya mengiyakan saja permintaan mertuaku
yang sedang sakit sambil berkata
“ Bang Rasyid sudah dititip pesan yang sama
sewaktu Ibu Aisyah mau meninggal dua minggu yang lalu bu.”
“ Aisyah yakin ibu sembuh.’”
“ Ibu harus terus menemai Aisyah, jangan
tinggalkan Aisyah seperti mama.” Aku berkata sambil rebahan di sisi tempat
tidur mertuaku.
Malam itu aku dan Bang Rasyid menginap di
rumah mertuaku. Jam 02.00 dini hari mertuaku meninggal dunia yang fana ini, aku
kehilangan dua ibu sekaligus dalam waktu yang tidak lama.
Setelah Ibu meningal Bang Rasyid juga tidak
menunjukkan tanda – tanda berubah. Sampailah malam itu malam yang tak pernah
aku duga.
Lama aku terduduk diam tanpa dapat berkata
apa – apa, aku hanya melihat pemandangan di depanku bagaikan lagi menonton
sinetron Indonesia yang selalu mempertontokan suami membawa wanita lain. Tapi
ini terjadi di kehidupanku, bukan sinteron TV. Aku yang selalu gregetan
menontonya dengan memberikan komentar bodoh sekali mau dimadu minta cerai saja,
komentar lain yang sering aku ucapkan adalah masak ada sih cerita seperti ini
di kehidupan nyata.
Ternyata ini terjadi di kehidupanku, aku
hanya terdiam tanpa bisa memberikan komentar – komentar seperti sewaktu
menonton TV.
Aku tidak mendengarkan apa yang dikatakan
oleh Bang Rasyid, seingatku aku melihat Bang Rasyid membimbing wanita itu ke
kamar tamu kami, menutup pintu kamar. Aku masih terduduk diam di ruang tamu,
lama tanpa tahu mau berbuat apa.
Aku merasakan letih yang tidak terkira, tanpa
ku sadari aku berdiri melangkah menuju kamar tidurku, membuka pintu dan masuk
menuju lemari pakaian. Aku mengambil semua pakaianku dan memasukkan kedalam tas
yang terlebih dulu kuraih di bawah lemari.
Aku tidak menyusun rapi seperti kebiasaanku
jika hendak berpergian, aku memasukkan semua bajuku lalu menutup retsliting
tas. Aku berdiri menuju meja kecil di samping tempat tidur mengambil dompet
yang berisi semua barang – barang berharga milikku. Aku menghempaskan badan di
tempat tidur duduk termenung aku harus pergi dari rumah ini, aku tidak mau di
sini lagi.(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar