Minggu, 05 Juli 2020

Tiga Jagoanku, Hari ini.

Minggu merupakan hari keluarga, semua kesibukan di luar kepentingan rumah buat sementara di pending dulu. Azan subuh sudah memulai aktifitas dengan menjalankan kewajiban kepada yang maha pencipta. Bersyukur atas nikmat hidup, bertambah satu hari lagi umur ini. Jika badan tidak terlalu lelah, biasanya pergi berlari pagi bersama suami ke Costal Area dan cucu. Setelah penat berlari, sarapan pagi dan akhirnya mendarat di pasar Sri Maimun untuk berbelanja keperluan dapur untuk beberapa hari.

 Tapi hari ini 5 Juli 2020, tidak seperti biasanya. Sudah 3 hari menulis ijazah dari jam 8.30 sampai jam 14.30 tulang tua ini tidak mau diajak kompromi lagi. Bahu sebelah kanan agak sedikit senut – senut alias pegal karena menulis ijazah. Pagi ini setelah menyelesaikan sholat subuh masih bermalas – malasan di kamar sambil menonton TV.

Kebetulan hari ini sudah berjanji dengan anakku yang nomor tiga, si bungsu untuk menguras kolam ikan nila dan ikan patin di samping rumah. Sudah beberapa hari ini ikan peliharaan kami banyak yang mati, biasanya karena terlalu penuh isinya maka ikan – ikan yang tidak kuat staminanya akan mati.

Jam 8.30 setelah melahap menu lontong untuk sarapan pagi. Dua jagoanku di komandani oleh papanya untuk menguras kolam yang lumayan besarnya. Pemandangan yang tidak bisanya, kedua jagoanku paling susah untuk disuruh membersihkan kolam ikan bersama – sama. Tapi pagi ini ke tiga jagoanaku kompak membersihkan kolam ikan kami.

Bersama cucu pertamaku Akiif dan cucu ke tigaku Caca, kami menjadi penonton melihat ketiga jagoanku bergotong royong menguras kolom ikan. Kolam pertama berisi  ikan nila yang lumayan banyak isinya, kami mengambil yang besar – besar sebanyak 15 ekor untuk digoreng kering dan dibuatkan sambal belacan pasti nikmat. Terlintas dipikiranku sewaktu anakku yang bungsu mengatakan mau menguras kolam ikan.

Setiap menguras kolam ikan, kami pasti akan mengambil beberapa ekor untuk menjadi santapan makan pada hari itu. Setelah selesai dengan kolam pertama, ke tiga jagoanku beralih mengurus kolam no dua. Ternyata kolam nomor dua berisi ikan pantin, ikan patiinya sudah besar – besar ada lebih dari sepuluh ekor, tiga ekor ikan patinnya  beratnya kurang lebih 2 kilo, sementara yang lainnya perkiraanku pasti beratnya sudah diatas setengah kilo sampai dengan 1 kg.

Akhirnya ikan nila yang sudah menjadi rencana pertama untuk santap siang ini terpaksa ditunda. Suami dan anak – anakku minta dibuatkan gulai ikan patin saja, akhirnya menu hari ini adalah patin. Ikan patin seberat 2 kg menjadi pilihan kami. Kami sudah sepakat untuk memasukkan kembali ikan patin yang masih kecil, sementara yang besar kami berikan kepada tetangga kami satu, sementara yang duanya lagi diberikan kepada adikku yang nomor empat dan ayah mak.

Hampir setengah hari ketiga jagoanku membersihkan kolam ikan kami, sementara aku kebagian untuk membersihkan dan memasak ikan sesuai dengan permintaan jagoanku. Pemandangan yang jarang terjadi setelah anak – anak dewasa mereka mau akur bekerjasama dalam satu kegiatan. Ada saja yang membuat mereka tidak pernah bisa bekerjasama bertiga, kalau tidak suamiku dengan si nomor dua atau sebaliknya suamiku dengan anakku si nomor tiga saja yang bekerja.

Tapi hari ini, mereka bekerja bersama – sama, aku masih mendengar komentar si nomor tiga berkata. “Pokoknya opi tidak mau masuk ke dalam kolam, biar abang saja yang masuk opi membuang airnya saja, aku hanya tersenyum mendengar perdebatan mereka. Sekali – sekali aku dan kedua cucuku mentertawakan ketiga jagoan kami, jika ikan yang sudah susah payah di masukkan ember  keluar kembali. Belum lagi si nomor tiga yang selalu usil menakut – nakuti cucuku akiif dengan ikan patin yang besarnya melebihi betis cucuku.

Akhirnya sebelum sholat zuhur gulai ikan patin sudah bisa disantap untuk makan siang hari ini, ternyata bahagia itu sederhana. Ikhlas menerima kekurangan dan kelebihan keluarga. Nikmati saat ini, karena belum tentu besok kita akan menikmatinya lagi. Terima kasih Ya Allah atas apapun yang telah engkau berikan kepada keluarga kami, selalu beri kami kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi segala cobaan. Karena tidak ada manusia yang sempurna begitu juga dengan diriku, suamiku dan anak – anakku. (AZ)

4 komentar:

  1. Mantap..panen sendiri..kolam sendiri....makan bersama.... Jd laper๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bu, sarana untuk komunikasi ayah dan anak.

      Hapus
  2. Eem mau dong ikan nila nya bu.. Keren bu blog nya

    BalasHapus
  3. Waduh binggung kirimnya pakai apa ya. Salam literasi

    BalasHapus

Postingan Terbaru

Gapai Cita dalam (Duka) Cinta

  Adik Abah yang dulu tinggal bersama kami sudah lebih sepuluh tahun merantau sejak menamatkan sekolah menegah atas hari ini duduk di ruang ...